Mari Berbahagia

Mari Berbahagia
Ustazah Nella Lucky S.Fil.I.,M.Hum. (Foto: Istimewa)
Oleh: Ustazah Nella Lucky S.Fil.I.,M.Hum.
 
Jika kita bertanya kepada seluruh orang, apa yang diinginkan dalam hidup, maka hampir semua orang akan mejawab "aku ingin hidup dengan tenang"
 
Pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana cara agar hidup kita menjadi hidup yang tenang?
 
Apakah ketenangan ketika akan datang jika kita menghasilkan finansial yang banyak? Tidak. Karena betapa banyak orang kaya yang menderita akibat kekayaannya?
 
Apakah ketenangan kita peroleh dari jabatan yang hebat? tidak. Karena jabatan sifatnya sementara. Setelah jabatan habis, apakah seseorang itu akan tetap tenang? tentu tidak. Ia akan kembali kedalam kubangan kegelisahan setelah ketenangan ia raih.
 
Apakah ketenangan diperoleh dari ketenaran nama baik di masyarakat? Tidak, betapa banyak orang ternama yang hancur punah karena melakukan kesalahaan yang sedikit. apa sebab? karena orang orang yang terkenal akan selalu dijadikan malaikat yang tak pernah salah. jika melakukan kesalahan, ia bukanlah lagi orang yg terdepan.
 
Lalu darimanakah kebahagiaan itu datang? banyak manusia yang hampir setiap harinya berkeluh kesah karena ketidak bahagiaan batin. Secercah kata2 yang dikeluarkan menjadi bukti bahwa banyak manusia yang tidak berbahagia seperti kata " galau, pusing, mumet, " dan lain sebagainya.
 
Lalu apa sebanrnya kebahagiaan?
 
Mari kita kupas makna substansial apa sebenarnya yang mengakibatkan manusia menjadi tidak tenang.
 
Pertama, banyak manusia yang selalu membanding bandingkan nasibnya dengan nasib orang lain. ia selalu berkaca pada kemampuan orang lain. ia selalu berkata "Ya Tuhan kenapa orang itu mendapat nikmat yang banyak, harta melimpah, mobil yang mewah, anak yang tampan lagi gagah" sementara aku??? uang habis, harta habis, anak bandel. Enak sekali hidup mereka"
 
Sahabat, selama kita membandingkan nasib kita dengan nasib orang lain, saat itulah kebahagiaan tak kan kita dapatkan.
 
Sahabat, kita tidak bisa membanding-bandingkan nasib kita dengan nasib orang lain, Apa sebab? Karena Kualitas iman berbeda, tidak mungkin cobaan sama.
 
Percayalah, apakah orang yang Allah beri nikmat sebenarnya ia telah mendapat nikmat? belum tentu, bisa jadi Allah ingin mendapatkan kenikmatan sekarang, dan mencabutnya dimasa yang akan datang. inilah sebab banyak orang yang sukses namun Allah jatuhkan pada saatnya tiba.
 
Apakah setiap orang yang tertawa pertanda ia bahagia? belum tentu. karena bisa jafi ia menyembunyikan derita yang ada dihatinya dengan tertawa.
 
Atau sebaliknya, apakah penderitaan yang kita anggap sebagai derita, adalah pendertiaan yang sebanarnya? belum tentu, karena bisa jadi dalam derita kita terdapat nikmat yang luar biasa yang akan Allah tunaikan dimasa yang akan datang. Apakah setiap orang yang diam, teduh, tidak terlihat bahagia? belum tentu, karena bisa jadi ia bahagia dalam keteduhannya.
 
Sahabatku, berhenti kita membandingkan nasib kita dengan nasib orang lain. Allah merahasiakan masa depan agar kita selalu berbaik sangka kepadaNya dimasa yang akan datang.
 
Oleh karenanya, simplifikasi hidup akan kita raih, jika ada nikmat kita syukuri dan tetaplah merasa sederhana, jika kita sederhana, maka tetaplah merasa berbesar hati dengan kesederhanaan itu.
 
Kedua, banyak manusia yang tidak berbahagia karena ia suka berkeluh kesah.
 
Sahabat, berkeluh kesah akan selalu mematikan peran dan fungsi otak. Dalam teori Neuro Linguistik Program dijelaskan bahwa apa yang kita katakan, akan masuk kedalam alam bawah sadar dan menjadi kenyataan. Jadi ketika seseorang mengeluh, maka pada saat yang sama otaknya akan merespon keluhan dan jadi kenyataan.
 
Itulah sebab ada orang yang mengeluh tentang satu pelajaran yang sulit, maka akan semakin sulit, ini pulalah yang menjadi sebab jika,seseorang merasa hidupnya sempit, maka hidupnya akan semakin sempit. Sebaliknya jika kita merasa hidup lapang, maka Allah akan melapangkan hidup kita. Berhenti berkeluh kesah, semakin kita mengeluh semakin kita tidak akan merasakan ketenangan.
 
Jika muncul perasaan iba, capek, marah, maka cukup ucapkan dlaam hati "ya Allah kalau bukan karena engkau, aku sudahi ini semua, karena engkaulah aku akan kuat dan terus menguatkan diri".
Berhenti berkeluh kesah. Caranya adalah berfikir sebelum berkata. Pastikan apakah kalimat-kalimat yang kita keluarkan negatfi atau positif. Latih.. .Latih...
 
Ingat, satu kata yang kita keluarkan akan direspon oleh saraf, masuk ke alam bawah sadar dan jadi kenyataan. Wajarlah Allah pernah berfirman dalam hadist qudsinya "aku berada dalam prasangka hambaku"
 
Dua hal ini menjadi faktor utama penyebab ketenangan hati sulit kita dapatkan.
 
Oleh karenanya berhenti membandingkan nasib kita dengan nasib orang lain dan berhentilah berkeluh kesah.
 
Selamat mencoba.
 
Wallahua'lam
 


Berita Lainnya

Index
Galeri