Teror Brussels Belgia, Ini Tanggapan PBB

Teror Brussels Belgia, Ini Tanggapan PBB
Staffan de Mistura mengatakan bahwa para pihak yang berunding untuk perdamaian di Suriah tak boleh m
JAKARTA - Serangan teror yang diklaim oleh ISIS di Brussels, Belgia, dianggap sebagai dorongan keras bagi para juru runding perdamaian di Jenewa, Swiss, untuk segera mencari solusi politik konflik di Suriah.
 
"Pesan yang kami dapat adalah kami harus menghentikan perang. Kami harus mencari solusi politik di Suriah untuk memastikan kami berkonsentrasi pada bahaya yang sesungguhnya untuk Eropa, dunia, dan Suriah," ujar utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk perundingan damai Suriah, Staffan de Mistura, seperti dikutip Reuters, Selasa (22/3/2016).
 
Pernyataan ini dilontarkan oleh Mistura tak lama setelah rangkaian serangan di Belgia tersebut dimulai dengan dua ledakan di Bandara Zaventem, Brussels. Berselang tak sampai satu jam, ledakan kembali terjadi di Stasiun Metro Maelbeek yang terletak hanya 14 kilometer dari Zaventem.
 
ISIS mengklaim bertanggung jawab atas rangkaian teror di ibu kota Belgia yang menewaskan 34 orang tersebut.
 
Mistura pun mengatakan bahwa para pihak yang berunding tak boleh membuang-buang waktu. Ia pun kini sedang berusaha untuk mendekatkan kedua kubu, yaitu kelompok oposisi dan pemerintah Suriah, untuk berbincang lebih dekat.
 
Menurut Mistura, kini masih ada perselisihan pendapat mengenai rancangan resolusi yang diajukan oleh masing-masing pihak. Mistura sedang berupaya untuk membujuk pemerintah Suriah agar mau terlibat dalam pembicaraan transisi politik yang selama ini tak tercantum dalam draf ajuan rezim Bashar al-Assad.
 
Pemimpin kubu oposisi Suriah, Assad al-Zubi, juga tak setuju dengan draf yang diajukan pemerintah Suriah.
 
"Kami tidak melihat adanya landasan yang sama di kertas yang diajukan pemerintah kepada [Mistura]," ucap al-Zubi seperti dikutip The Guardian.
 
Ia pun mengatakan bahwa pasukan pemerintah beberapa hari belakangan ini justru menggencarkan serangan bom barel dan merebut 13 daerah baru.
 
Mistura sendiri sudah memberikan berkas berisi 29 pertanyaan bagi masing-masing delegasi. Melalui dokumen tersebut, Mistura menanyakan pandangan anggota delegasi mengenai bagaimana fungsi badan transisi pemerintah, kewenangannya, komposisinya, dan komitmennya terhadap non-sektarian.
 
Selain itu, dalam berkas tersebut juga terdapat pertanyaan mengenai hubungan antara badan transisi dan institusi negara yang kini sudah ada, termasuk kepresidenan Bashar al-Assad.
 
Sementara itu, Mistura juga berharap perbincangan antara Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, dan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, yang dimulai pada Selasa lalu dapat mendorong perdamaian lebih lanjut di Suriah.
 
"Kami menunggu dengan penuh harapan bahwa perbincangan di Moskow akan produktif, dan sejujurnya, tak semua dapat diselesaikan dalam satu hari. Namun, produktif di jalan yang sesuai dapat membantu kami melanjutkan perundingan dengan arahan yang lebih dalam terkait isu transisi politik," katanya. (das/cnn)


Berita Lainnya

Index
Galeri