JAKARTA - Presiden Jokowi meninjau proyek pembangunan Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di Hambalang, Bogor, Jumat (18/3/2016) lalu. Beragam reaksi muncul ketika Jokowi terlihat geleng-geleng kepala melihat kondisi miris bangunan senilai Rp2,5 triliunan itu tak terurus sama sekali sejak pembangunannya terhenti karena kasus korupsi yang menyeret beberapa petinggi Partai Demokrat.
Di balik wacana Jokowi berniat untuk melanjutkan proyek Hambalang, kunjungan itu dinilai sebagai jawaban politik sang presiden atas kritikan-kritikan SBY atas pemerintahannya selama ini. Jokowi terlihat mengambil momen tatkala SBY sedang bersafari politik di Pulau Jawa (Tour The Java).
"Problem pada status SBY. Mungkin dia melihat dirinya sebagai negarawan untuk menasehat Jokowi. Seperti bayangan senior dan junior, yang sudah punya pengalaman. Tapi posisi dia sebagai Ketum (Partai Demokrat), nasihat dia jadi kritik dan sangat politis, bukan sebagai negarawan. Akibatnya, Jokowi balas secara politik," kata pengamat politik Lingkar Mardani, Ray Rangkuti seperti dilansir merdeka.com, Minggu (20/3/2016).
Ibarat menepuk air di dulang terpecik muka sendiri, kata Ray mengumpamakan. Masukan-masukan SBY selama ini tetap dinilai politis sebab posisinya tidak bisa lepas dari Partai Demokrat. Terlebih SBY kerap memuji-muji kebijakannya dan di saat bersamaan Jokowi mengeluarkan suatu kebijakan baru.
"Maksud baik tapi seperti serangan politis. Nah air kembali ke dia (SBY). Mestinya beliau tidak jadi Ketum, karena pandangan itu bisa sangat politis," jelas dia.
Kunjungan ke Hambalang menurut Ray adalah suatu simbol jawaban politik Jokowi. Hal yang sama terjadi ketika drama sidang MKD dalam kasus 'Papa minta saham' di DPR. Jokowi mengundang para pelawak ke istana dan di saat bersamaan mantan Ketua DPR Setya Novanto diadili secara etik oleh MKD. Jokowi, kata dia menggunakan cara yang sederhana tapi maksudnya bisa dibaca publik.
"Jokowi kritik dengan simbol. Dulu soal Setnov dia undang pelawak ke istana. Itu pernyataan simbol jika istana tak terganggu dengan Setnov. Gaya politik dengan simbol tapi tertangkap betul apa maksudnya, kena," beber dia.
Hal yang sama pula dilakukan Jokowi, lanjut dia. Ketika SBY sedang hangat-hangatnya berkeliling ke Pulau Jawa, Jokowi justru berkeliling memeriksa secara detail sudut proyek Hambalang yang dimulai SBY. Jokowi berbicara dalam simbol dan mau mengatakan kegagalan SBY di proyek Hambalang.
"Ini skak telak. Ibarat kata, SBY lima langkah cuma dapat lima poin, Jokowi baru satu langkah tapi dapat enam poin. Pada hal SBY udah keliling Jawa," ujarnya. (das/mdk)