Calon Bunda Harus Tahu! Ini 6 Penyebab Keguguran yang Paling Sering Terjadi

Calon Bunda Harus Tahu! Ini 6 Penyebab Keguguran yang Paling Sering Terjadi

Bagi wanita yang tengah hamil dan mendambakan kehadiran buah hati, keguguran tentu sangat tak diinginkan. Meski demikian, pada beberapa ibu hamil kejadian keguguran tak terelakkan. Untuk mencegah terjadinya keguguran, pertama-tama Anda harus membekali diri dengan informasi tentang berbagai penyebab keguguran.

Keguguran merupakan kondisi terhentinya kehamilan sehingga janin keluar sebelum usia 20 minggu. Keguguran dianggap berulang jika seorang wanita telah mengalaminya tiga kali atau lebih.

Berikut ini adalah beberapa penyebab keguguran, baik keguguran yang terjadi satu kali ataupun berkali-kali, beserta solusinya.

1. Kelainan kromosom

Dari KlikDokter, dr. Sara Elise Wijono, MRes, mengatakan bahwa kromosom adalah unit pembentuk DNA, materi yang mengatur struktur genetik Anda.

“Pada saat pembuahan dan awal kehamilan, dapat terjadi berbagai kelainan kromosom, misalnya jumlah yang terlalu banyak atau terlalu sedikit. Kelainan kromosom ini juga umumnya menyebabkan janin gagal berkembang hingga terjadi keguguran,” kata dr. Sara menjelaskan.

Solusinya: yang bisa Anda lakukan jika Anda “baru” mengalami keguguran sekali, bersabarlah. Peluang untuk Anda bisa hamil lagi dan melahirkan bayi yang sehat masih besar. Dilansir dari Parents, jika terjadi keguguran lagi pertimbangkan untuk melakukan tes kromosom.

2. Kelainan rahim dan insufisiensi serviks

Jika Anda memiliki kondisi uterus septa, keguguran juga mungkin terjadi. Menurut penjelasan dr. Bram Pradipta, SpOG, kepada KlikDokter, uterus septa (uterine septum) adalah kondisi rahim wanita dibagi oleh dinding otot atau jaringat ikat fibrosa (septum).

“Septum bahkan dapat memanjang hingga ke dalam rahim (septum parsial) atau leher rahim (septum lengkap). Umumnya, septum parsial lebih sering terjadi daripada septum lengkap,” lanjut dr. Bram.

Pada kondisi ini, keguguran bisa terjadi karena embrio tak bisa ditanamkan, ataupun jika berhasil ditanamkan embrio tak bisa bertahan hidup.

“Anomali rahim berkontribusi pada 10 persen keguguran,” kata Bryan Cowan, MD, kepala departemen kebidanan dan ginekologi di Universitas Mississippi Medical Center, Amerika Serikat (AS), sekaligus juru bicara American College of Obstetricians and Gynecologists kepada Parents.

Ia melanjutkan, serviks yang lemah atau tidak kompeten juga masalah lain yang bisa sebabkan keguguran, karena menjelang akhir trimester pertama, janin tumbuh cukup besar sehigga menjadikan serviks membesar. Jika serviks melemah, ia tak dapat menahan janin.

Solusinya: Dokter mungkin tak bisa menemukan penyebab keguguran sampai Anda mengalaminya berkali-kali, atau sampai usia kehamilan terus bertambah. Kabar baiknya, dikatakan oleh Dr. Bryan, kondisi uterus septa bisa dikoreksi dengan operasi. Jika Anda memiliki insufisiensi atau inkompetensi serviks, nantinya dokter akan menjahit serviks untuk membuatnya terus tertutup. Prosedur ini dimakan cerclage. Selanjutnya, Anda juga mungkin butuh tirah baring (bed rest) atau rawat inap.

3. Kelainan imunologis

Kehamilan tidak akan terjadi ketika tubuh wanita menganggap sperma adalah benda asing. Pada beberapa kasus, Jonathan Scher, MD, ahli kesuburan asal AS sekaligus rekan penulis buku “Preventing Miscarriage: The Good News” mengatakan, meskipun embrio tidak diterima oleh tubuh wanita, “antiphospholipid antibodies—antibodi yang menyerang jaringan sendiri, termasuk embrio, merupakan penyebab banyak keguguran yang dulunya tak bisa dijelaskan,” kata Dr. Jonathan.

Solusinya: Masih belum banyak penelitian dalam kondisi terkait. Sementara terapi yang dilakukan masih bersifat eksperimental, tetapi ada beberapa kasus keberhasilan terapi dengan aspirin, heparin, dan beberapa jenis steroid.

4. Gangguan sistem endokrin

Ya, gangguan sistem endokrin juga berperan dalam terjadinya peristiwa keguguran. Diungkapkan oleh dr. Devia Irine Putri dari KlikDokter, beberapa kondisi yang banyak terjadi antara lain kondisi polycystic ovarian syndrome (PCOS), diabetes mellitus, gangguan hormon tiroid, hiperprolaktinemia, dan luteal phase defect (LPD).

“Sekitar 17-20 persen masalah pada sistem endokrin terjadi pada wanita yang mengalami keguguran,” kata dr. Devia singkat.

Pada kondisi LPD, progesteron tidak cukup diproduksi, sehingga implantasi tidak dapat berjalan dengan baik. Kondisi ini sebabkan wanita mudah kehilangan janinnya.

“Selain itu, gangguan hormon tiroid dan masalah resistensi insulin juga bisa mengganggu perkembangan janin dan meningkatkan risiko keguguran apabila tidak di terapi sejak dini,” ujarnya dr. Devia mengingatkan.

Solusinya: Umumnya dibutuhkan perubahan gaya hidup sesuai rekomendasi dokter, serta mengikuti instruksi dokter, misalnya terapi diabetes. Kondisi tiroid atau PCOS bisanya bisa diperbaiki dengan obat-obatan.

5. Infeksi

Menurut penuturan dr. Devia, infeksi virus herpes simpleks (HSV), TORCH, dan coxsackievirus merupakan infeksi yang sering terjadi pada wanita hamil dan menyebabkan keguguran. Terlebih pada wanita yang memiliki sistem imun rendah, seperti pasien HIV, infeksi bisa dengan mudah terjadi.

Solusinya: Infeksi seperti ini biasanya bisa diatasi dengan terapi antibiotik.

6. Berkaitan dengan gaya hidup

Risiko keguguran juga meningkat jika seorang wanita hamil di atas usia 35 tahun, pernah mengalami keguguran sebelumnya, merokok (>10 batang/hari), minum alkohol, atau menggunakan obat-obatan terlarang, mengalami infeksi serius, terpapar obat, radiasi, atau bahan kimia berbahaya, serta mengalami trauma pada perut.

Solusinya: Sebaiknya, hentikan kebiasaan buruk sebelum merencanakan kehamilan. Ini penting untuk meningkatkan peluang kehamilan yang lancar. Jika khawatir lingkungan di sekitar Anda membahayakan fisik Anda, misalnya di sekitar pabrik atau ada limbah kimia tertentu, beri tahu dokter dan cek dengan badan perlindungan lingkungan setempat.

Demikian enam penyebab keguguran yang paling sering. Pada beberapa kasus, penyebab keguguran tak diketahui dengan jelas. Karenanya, sejak merencanakan hingga akhirnya hamil, selalu rutin berkonsultasi dengan dokter. Informasikan riwayat kesehatan Anda secara jelas dan lengkap, sehingga faktor risiko bisa diketahui demi kelancaran kehamilan dan persalinan.


Berita Lainnya

Index
Galeri