Puisi-puisi Suhendi

Puisi-puisi Suhendi
Ilustrasi/net

SESAK PENGAP

 

Puisiku kehabisan O2

senam pagi hirup CO2

 

O kabut asap

anak kata megap-megap

spasi kurang tanggap

alinea pun lesap

ditelan sikap

majas ironi sindir kelas kakap

segera tangkap!

 

Bait Riau kian parau

gema zikir di surau

seperti larik doa yang meracau

suasana makin kacau

rima berlari galau

matahari, kehabisan cahaya kemilau

 

2015

 

 

ANDALUSIA

 

Masa kejayaan sang raja punah

tenggelam di perut orang serakah

 

Peradaban kota bersejarah

tertimbun tanah

nuansa eksotis nan megah

gema sholawat; alunan tilawah

tertulari wabah

kehidupan glamour kotori aqidah

ajaran sang nabi berbelok arah

 

Fitnah dunia hasut khalifah

api erotis membakar gairah

asma Allah

terhempas kemungkaran sang jaddah

 

Kiblat Andalusia terpecah belah

kian kelam cahaya sang pencerah

tiang-tiang kokoh bertuliskan amanah

tinggal puing-puing kisah

singgasana duka diusung ke barzah

 

Masa kejayaan sang raja punah

tenggelam di perut orang serakah

 

Restless 2015

 

 

MEMORI JINGGA

 

Jalan berdebu

matahari jadi sumbu

kepala pun mengebu-gebu

bersandar di pohon randu, mencumbu

penat bertabur bumbu

 

Kurindu

udara beraroma kaldu

hirup sampai candu

sambil menikmati secawan madu

nian syahdu

di kala kita beradu

kini hanya sendu

 

Kenangan kelabu

terkubur menjadi abu

 

Perjalanan 2015

 

 

PENANTIAN MENJADI MAYAT

 

Tak dapat kuingat

sepenggal duka di awan hitam pekat

tanah yang sekarat

kapan lekangmu basah dan rapat

dialiri hujan hingga ke titik pusat

 

Ah, dedaunan pun berwajah pucat

hijau berubah coklat

reranting kering habis dikerat

dinding malam kian menyengat

badan pun bermandikan keringat

 

O hujan ... di mana kau sahabat?

datanglah! sebelum segalanya terlambat

katak-katak di kolam menghujat

tuan-tuan hanya pentingkan syahwat

ketibang luka penderitaan rakyat

 

Inikah hujan atau tangis menyayat

basahi rerumputan di ruang tak bersekat

inikah hujan atau air liur pengkhianat

memekarkan lakon bejat

pula tragedi berdarah sang pelantun hayat

 

Cikarang 2015

 

 

AIR MATA RINDU

 

Semalam. Di matamu, langit mendung

rinai rindu memilin tasbih

selepas membaca sajak kepulangannya

kau persembahkan doa ke alam keabadian

 

Di pelupuk matamu melintas jejak purba

dalam kesunyian kau buka album kenangan

beribu luka

bagaikan mata malam yang tajam

merobek lembaran silam

 

Di temaram matamu

kau tabur bunga di atas pusara malam

menulis sajak putih, tentangnya

dan di sampingmu bulan murung

merindukan matahari

 

Memori 2016

 

 

THE SCREAM

 

Pada ujung senja

alam menjerit histeris

memecah gendang telinga

merobek hati nurani

 

Di dermaga penantian

bayangan hitam kecam jiwa

ketakutan melukis kematian

ekspresi rupa pucat pasi

 

Kala surya tenggelam

jeritan perut bumi melebihi

syair sangkakala

binatang berlari kalangkabut

 

Langit jingga

berubah merah darah

ini salam atau kutukan?

dari tujuh mata angin

 

Kehidupan modern

kini telah musnah

ditelan Sang Murka

menuntun perjalanan ke Barat

 

2016

 

Suhendi kelahiran Bekasi, 25 September 1986. Sebut saja penulis iseng dengan nama pena dan akun FB Genkidama Hendi, bertempat tinggal di Karang Bahagia - Bekasi 17530. Tulisannya tergabung dalam antologi puisi Efipani Serpihan Duka Bangsa, Jurnal Sajak Sembilan Mutiara, Prasasti Kasih, Diary Hujan, Nyanyian Para Pencinta, Mata Matahari, Happy Birthday dan Podium adalah buku puisi tunggalnya. Karya-karyanya pernah dimuat di Sayap Kata, Detak Pekanbaru, Riau Pos dan Sudut Aksara. Saat ini sedang berproses menjadi ada dalam Forum Sastra Bekasi. No. Hp. 089638149402

 


Berita Lainnya

Index
Galeri