Sebagai pemeran utama, Brie Larson tentu menanggung tugas ekstra jika dibandingkan dengan cast lain. Buat peran Captain Marvel, aktris kelahiran 1 Oktober 1989 tersebut melakukan persiapan keras. Fisik dan mentalnya ditempa.
Larson pun menilai bahwa Captain Marvel tidak hanya mengubah peta karirnya. Film itu juga mengubah hidupnya. Berikut petikan wawancara roundtable Jawa Pos dengan Larson di Singapura.
Hai, Brie. Untuk film ini, kamu melakukan latihan fisik ekstrem. Seberapa penting sih latihan tadi buat persiapan peranmu?
Aku ingin meyakinkan penonton, aku ''ada'' di karakterku (Captain Marvel), tidak sekadar sok kuat dan pakai kostum. Aku mampu melakukan apa yang dia (Captain Marvel) lakukan dan itu sangat berpengaruh (pada filmnya).
Seperti apa pengalaman latihan yang paling membekas buatmu?
Pengalaman berada di gym dan mengangkat beban bertentangan dengan pandangan gender yang beredar. Ya, ada beberapa pria yang terang-terangan menjauh dariku karena mereka terancam melihatku mengangkat beban lebih berat daripada mereka. Aku juga sering dapat komentar aneh. Namun, saat mampu melakukan apa yang kulakukan di gym, aku merasa lebih kuat. Lebih pede.
Sebagai aktris yang juga aktivis perempuan, bagaimana kamu memandang film Captain Marvel?
Ini adalah film para perempuan. Bukan cuma tentang perempuan yang berasal dari latar belakang budaya berbeda. Captain Marvel menyuguhkan pengalaman perempuan yang beragam. Bukan hanya tentang Carol (Danvers), tetapi juga Gemma (Chan, pemeran Minn-Erva), Lashana (Lynch, pemeran Maria Rambeau), dan Annette (Bening, pemeran Supreme Intelligence). Kisahnya sangat padat. Filmnya sangat powerful dan menarik. Aku gembira karena keberagaman ini diangkat dalam skala yang lebih besar, bukan lagi dalam film indie seperti yang sebelumnya kubintangi.