Bolehkah Beribadah Karena Mengharap Surga dan Takut Neraka?

Bolehkah Beribadah Karena Mengharap Surga dan Takut Neraka?

Jika beribadah mengharap surga, maka akan merusak keikhlasan. Jika beribadah karena takut neraka pun akan menodai niat lilahita’ala. Benarkah demikian? Lalu, seandainya ibadah tak mengharapkan surga dan takut neraka, bagaimana niat dan motivasi yang benar dalam beribadah?

Memang benar ada beberapa perkara yang dapat merusak keikhlasan. Namun ternyata mengharap akhirat bukanlah salah satunya. Hal ini dilihat dari beberapa aspek bahwasanya seseorang tidaklah rusak niatnya jika mengharap surga dan takut azab neraka.

1. Penyebutan surga neraka dalam Al-Qur’an sebagai motivasi amalan

Allah mengabarkan tentang kehidupan surga agar manusia mengharapkannya, juga mengabarkan tentang neraka agar manusia menghindarinya. Pengabaran ini tentu bukan tanpa alasan.

Betapa banyak firman Allah yang menyebutkan keindahan dan kenikmatan surga. Salah satunya ada dalam surat Al Muthaffifin. Setelah disebutkan kenikmatan surga, Allah kemudian berfirman, “Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (QS. Al Muthaffifin: 26).

Manusia diperintahkan untuk berlomba-lomba meraih surga. Caranya dengan melakukan ibadah atau amal saleh. Al-Qur’an pula menyebutkan dengan jelas bahwa surga merupakan balasan dari amalan saleh.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah darinya.” (QS. Al Kahfi: 107-108).

Demikian pula dengan neraka. Al-Qur’an menyebutkan kengeriannya dan amal buruk yang dapat menghantarkannya ke sana.

2. Rasulullah pun mengharap akhirat

Betapa banyak doa-doa Rasulullah agar diberikan surga dan dijauhkan dari neraka. Beliau Shallallahu‘alaihi wa sallam bahkan mengajarkan para shahabat untuk memohon surga dan berlindung dari api neraka.

Suatu hari, Rasulullah bertanya kepada seseorang, “Doa apa yang kau baca di dalam shalat?” Orang itu menjawab, “Aku membaca tahiyyat, lalu aku ucapkan ‘Allahumma inni as-alukal jannah wa a’udzu bika minannar‘ (aku memohon pada-Mu surga dan aku berlindung dari siksa neraka). Aku sendiri tidak mengetahui kalau engkau melantunkannya.”

Rasulullah lalu bersabda, “Kami memohon surga (atau) berlindung dari neraka.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad).
 
3. Para Nabi juga mengharap surga dan takut neraka

Bukan hanya Rasulullah, para nabi lain juga melakukan amalan dengan mengharap surga dan takut akan neraka. Nabi Ibrahim, misalnya. Doa beliau termaktub dalam Al-Qur’an,

“Dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh kenikmatan, dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia termasuk golongan orang-orang yang sesat, dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan.” (QS Asy-Syu’ara: 85-87).

Pun dengan Nabi Zakariya dan Nabi Yahya. Allah memuji keduanya sebagai hamba yang beribadah dengan harapan akan surga dan cemas mendapat azab neraka.

Allah berfirman, “Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada kami.” (QS Al-Anbiyaa: 90).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan dalam Majmu Al Fatawa, “Meminta surga dan berlindung dari siksa neraka adalah jalan hidup para Nabi Allah, utusan Allah, seluruh wali Allah, ahli surga yang terdepan (As Sabiqun Al Muqarrobun) dan ahli surga pertengahan (ash-habul yamin).”

4. Beribadah dengan ikhlas

Mengharap pahala, baik balasan surga ataupun dihindarkan dari neraka, tidaklah merusak keikhlasan dalam ibadah. Bahkan itulah makna ikhlas, yakni beribadah dengan harapan kepada Allah agar Dia membalasnya dengan surga, beribadah dengan rasa takut akan siksa neraka.

Dengan dua hal itulah, seorang hamba dapat bersemangat melakukan ibadah. Bahkan salah satu sifat orang yang beriman ialah beribadah dengan rasa takut (khauf) dan harap (roja’).

Allah Ta’ala berfirman, “Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti.” (QS. Al Israa’: 57).

Wallahu a’lam.


Berita Lainnya

Index
Galeri