Menteri Darmin Sebut Tekanan Rupiah Masih Besar Hingga 3 Tahun Mendatang

Menteri Darmin Sebut Tekanan Rupiah Masih Besar Hingga 3 Tahun Mendatang

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai tekanan bagi pergerakan nilai tukar rupiah masih ada dan akan berlanjut pada tahun depan.

Meski, belakangan ini mata uang Garuda menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). "Jangan bermimpi ini sudah selesai, ini masih bisa berlangsung dua sampai tiga tahun lagi," ucap Darmin di kantornya, Jumat (23/11/2018).

Menurut Darmin, tekanan terhadap rupiah masih ada karena bank sentral AS, The Federal Reserve bertekad akan meneruskan normalisasi kebijakan moneter di Negeri Paman Sam dengan kembali mengerek tingkat suku bunga acuan sekitar dua kali lagi pada tahun depan.

Tahun ini, setidaknya The Fed telah menaikkan bunga acuannya sebanyak tiga kali. Mereka diperkirakan masih akan menaikkan suku bunga sekali lagi akhir tahun ini. Selain kebijakan suku bunga AS, tekanan terhadap rupiah juga akan datang dari berbagai kebijakan di AS, salah satunya perang dagang. "Masih ada juga perang dagang," imbuhnya.

Darmin mengatakan kebijakan akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global. Bahkan, katanya, beberapa kalangan sudah memastikan akan ada perlambatan ekonomi tahun depan.

Selain itu, pergerakan ekonomi dunia tak lepas pula dari pengaruh harga komoditas di pasar dunia. Meski, harga beberapa komoditas melejit pada tahun ini, namun rupanya jelang akhir tahun justru kembali meredup. "Jangankan karet dan minyak sawit mentah, batu bara juga jeblok," katanya.

Di sisi lain, dari dalam negeri, pemerintah masih menghadapi tantangan dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Tantanga terutama datang dari masalah defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) yang melebar ke level 3,37 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal III 2018 kemarin. "Saat ini situasinya defisit transaksi berjalan belum pulih. Boro-boro pulih, turun saja belum bisa," ujarnya.

Di pasar spot, kurs rupiah akhir pekan ini berada di posisi Rp14.544 per dolar AS. Sementara berdasarkan kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di posisi Rp14.552 per dolar AS.

Sejak awal bulan ini, pergerakan rupiah memang masih naik turun, namun kecenderungannya terus menguat dari bulan sebelumnya saat sempat menembus kisaran Rp15.200 per dolar AS.


Berita Lainnya

Index
Galeri