6 Orang Ini Dikukuhkan Jadi Pahlawan Nasional, Salah Satunya Kakek Anies Baswedan

6 Orang Ini Dikukuhkan Jadi Pahlawan Nasional, Salah Satunya Kakek Anies Baswedan

JAKARTA - Enam Pahlawan Nasional Indonesia resmi dikukuhkan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Penobatan tersebut rencananya akan dilangsungkan di Istana Negara, hari ini, Kamis (8/11/2018). Berdasarkan informasi yang diterima, keenam pahlawan nasional itu berasal dari berbagai daerah. Rencananya, penobatan gelar pahlawan nasional itu akan diterima oleh masing-masing ahli waris.

Enam orang tersebut berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Diantaranya, Jawa Tengah, Bangka Belitung, Banjarmasin, Jogjakarta, Banten, dan Sulawesi Barat. Informasi yang didapat redaksi, mereka diantaranya adalah Abdurrahman Baswedan (DI Jogjakarta), Ir H Pangeran Mohammad Noor (Kalimantan Selatan) dan Agung Hajjah Andi Depu (Sulawesi Barat). Juga Depati Amir (Bangka Belitung), Kasman Singodimedjo (Jawa Tengah) serta Brigjen KH Syam’un (Banten).

Menariknya, salah satu dari enam nama tersebut diketahui adalah kakek dari Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, yakni AR Baswedan atau Abdurrahman Baswedan. Berdasarkan penelusuran, Abdurrahman Baswedan dilahirkan di Ampel, Surabaya, pada 9 September 1908. Ia adalah seorang jurnalis, pejuang kemerdekaan Indonesia, diplomat, muballigh, dan juga sastrawan Indonesia.

Abdurrahma Baswedan juga tercatat pernah menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha dan Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Muda Penerangan RI pada Kabinet Sjahrir. Ia juga pernah tercatat sebagai anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP), Anggota Parlemen, dan Anggota Dewan Konstituante.

Bahkan, namanya juga menjadi salah satu diplomat pertama Indonesia dan berhasil mendapatkan pengakuan de jure dan de facto pertama bagi eksistensi Republik Indonesia dari Mesir. Selain berbicara dan menulis dalam bahasa Indonesia, A.R. Baswedan juga menguasai Bahasa Arab, Bahasa Inggris, dan Bahasa Belanda dengan fasih.

Di laman wikipedia, A.R. Baswedan dicatat sebagai seorang pemberontak pada zamannya. Harian Matahari Semarang memuat tulisan Baswedan tentang orang-orang Arab, 1 Agustus 1934. A.R. Baswedan memang peranakan Arab, walau lidahnya pekat bahasa Jawa Surabaya, bila berbicara. Dalam artikel itu terpampang foto Baswedan mengenakan surjan dan blangkon. Ia menyerukan kepada orang-orang keturunan Arab agar bersatu membantu perjuangan Indonesia.

Ia mengajak keturunan Arab, seperti dirinya sendiri, menganut asas kewarganegaraan ius soli: di mana saya lahir, di situlah tanah airku. Pada titik inilah dia menjalani perubahan haluan yang sangat besar bagi pribadi, dan pada akhirnya menggerakkan perjalanan Indonesia.

Pada masa-masa revolusi, A.R. Baswedan berperan penting menyiapkan gerakan pemuda peranakan Arab untuk berperang melawan Belanda. Mereka yang terpilih akan dilatih dengan semi militer di barak-barak. Mereka dipersiapkan secara fisik untuk bertempur.

A.R. Baswedan sendiri pernah ditahan pada masa pendudukan Jepang (1942). Saat Indonesia merdeka, ia mengorbankan keselamatan dirinya saat membawa dokumen pengakuan kemerdekaan Indonesia dari Mesir pada 1948. Dia mendapatkan gangguan dan hambatan tak sedikit dalam menjaga dokumen ini.

Padahal, semua bandara di kota-kota besar, termasuk Jakarta, sudah dikuasai tentara Belanda dan Sekutu dan tidak ada yang bisa lewat dari penjagaan mereka. Tapi, berkat kelihaian dan kenekatannya, dengan menaruhnya di kaos kaki, dokumen penting dari Mesir itu bisa selamat dan Indonesia mendapatkan pengakuan sebagai negara merdeka secara penuh, secara de jure dan de facto. Abdurrahman Baswedan sendiri akhirnya wafat di Jakarta pada 16 Maret 1986.


Berita Lainnya

Index
Galeri