Ini 3 Julukan Sandiaga Uno yang Menuai Kontroversi

Ini 3 Julukan Sandiaga Uno yang Menuai Kontroversi

JAKARTA - Berbagai julukan yang disematkan tim sukses pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto - Sandiaga Uno terhadap cawapres mereka, menuai kontroversi dari berbagai kalangan.

Terhitung sejak deklarasi Prabowo - Sandiaga Uno sebagai calon presiden dan wakil presiden, sudah tiga julukan yang diberikan timses kepada Sandiaga. Ketiga julukan itu, menuai kritik dari berbagai pihak. Ujung-ujungnya, Sandiaga meminta agar semua pihak tak ribut dengan berbagai julukan tersebut.

Berikut tiga julukan untuk Sandiaga yang diberikan oleh timses-nya:

1. Julukan Santri Post-Islamisme

Presiden PKS Sohibul Iman, dalam sambutannya saat deklarasi Prabowo - Sandiaga Uno sebagai calon presiden dan wakil presiden pada Agustus lalu, menyebut mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu sebagai santri post-Islamisme.

Julukan santri post-Islamisme itu kemudian banyak dipertanyakan di media sosial. Wakil Ketua Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Dewan Pimpinan Pusat PKS Sukamta menjelaskan apa yang dimaksud dengan istilah itu dan mengapa pihaknya menganggap Sandiaga termasuk kriteria tersebut.

Menurut Sukamta, salah satu ciri Sandiaga yang bisa dilihat sebagai sosok santri post-Islamisme adalah kedekatan dengan tokoh-tokoh agama. "Kedekatan dengan ulama dan perilaku Islami yang menunjukkan kesalehan pribadi itu bagian tidak terpisahkan," katanya lewat pesan singkat, Sabtu, 11 Agustus 2018.

Sementara itu, Sandiaga sendiri sempat mengaku bingung dengan julukan yang tiba-tiba disematkan kepada dirinya itu. "Saya juga baru mendengar malam itu, karena saya tidak pernah di pesantren," kata Sandi dalam sebuah acara televisi swasta pada Agustus lalu.

2. Julukan Ulama

Usai kebingungan Sandiaga yang tiba-tiba dijuluki santri, gelar baru kembali diberikan kepada dirinya oleh Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera Hidayat Nur Wahid pada September lalu. Hidayat NUr Wahid menyebut Sandiaga sebagai ulama. Gelar tersebut, menurut Hidayat, untuk mengejawantahkan terminologi ulama sebagai seseorang yang memiliki keahlian khusus.

Hidayat pun mantap menyebut Sandiaga sebagai ulama lantaran dinilai memiliki keahlian khusus di bidang ekonomi, bisnis, dan relasi. Lagi-lagi, hal tersebut menuai perdebatan. Sampai-sampai sebuah televisi swasta menggelar acara dengan tema khusus mengupas gelar Ulama Sandiaga.

Ujungnya, Sandiaga Uno tak mau berpanjang lebar soal polemik dirinya yang disebut ulama oleh Hidayat Nur Wahid. Sandiaga pun meminta masyarakat tidak terjebak pada polemik seputar definisi ulama itu. "Definisinya mungkin berbeda-beda. Saya minta masyarakat tidak terombang-ambing terhadap definisi," kata Sandiaga di Balai Kartini, seperti dikutip dari tim pemenangannya di Jakarta, Kamis, 20 September 2018.

3. Julukan ‘The New Bung Hatta’

Julukan Sandiaga sebagai ‘The New Bung Hatta’ atau bagian baru dari Bung Hatta muncul dari koordinator juru bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto - Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak.

Topik soal Bung Hatta ini kemudian mencuat dibincangkan di media sosial sejak tiga hari terakhir karena cucu ketiga Bung Hatta, Gustika Jusuf Hatta, melayangkan keberatan atas klaim Dahnil soal Sandiaga yang disebut merupakan representasi baru Bung Hatta, lewat akun twitter-nya. Gustika berkicau, Bung Hatta tak bisa disamakan dengan siapa pun. Bahkan, kata dia, dengan orang yang memiliki hubungan kekerabatan sekali pun.

Sandiaga Uno memilih emoh menanggapi perseteruan Gustika Jusuf Hatta dengan Dahnil Anzar Simanjuntak. Ia mengaku sungkan berbantah-bantahan soal citra dirinya yang dianggap sebagai cerminan baru dari sosok prolamator itu. Menurut dia, ujaran Dahnil soal "Sandiaga adalah Bung Hatta" bukan bermaksud menggambarkan sosoknya dengan wakil presiden pertama di Indonesia itu. Namun, kata Sandiaga, mereka sekadar memimpikan sosok Bung Hatta.

"Semua (orang) sangat meneladani dan mengidolakan Bung Hatta sebagai proklamator," kata Sandiaga saat ditemui seusai berolahraga di lapangan basket SMA Pangudi Luhur, Jakarta Selatan, Sabtu, 27 Oktober 2018.


Berita Lainnya

Index
Galeri