Lebih Mengandalkan Sandiaga Uno, Ini yang Bikin Prabowo Ogah-ogahan Kampanye

Lebih Mengandalkan Sandiaga Uno, Ini yang Bikin Prabowo Ogah-ogahan Kampanye

JAKARTA - Ada dua penyebab calon presiden Prabowo Subianto terlihat tidak bersemangat berkampanye untuk Pilpres tahun depan. Pertama, Prabowo sendiri maupun timnya kebingungan menemukan sisi menjual dari seorang Prabowo dalam upaya mengangkat elektabilitas.

“Prabowo dan tim sedang berada pada titik kebingungan dalam menemukan keunggulan distingtif Prabowo,” kata Ketua Pusat Kajian Literasi Media, Afriadi Rosdi, kepada redaksi, Selasa (16/10/2018).

Menurutnya, keunggulan distingtif yang selama ini dijual ke publik adalah figur pemimpin tegas. Ragam upaya sudah dilakukan Prabowo dan timnya untuk memperkuat kesan tersebut. Salah satunya lewat panggung orasi atau pidato. Tetapi yang terjadi adalah unintended action, hasil yang dituai tak sesuai harapan.

“Prabowo malah menuai banyak kecaman, publik menganggap Prabowo sebagai pemimpin pemarah, tak ramah, suka membicarakan sisi negatif kompetitor, dan mengobarkan energi negatif,” terang Afriadi.

Di matanya, masalah ini sangat substantif yaitu tentang menjual keunggulan produk, dan tak berhubungan dengan ketersediaan dana kampanye.

Malah, internal tim Prabowo-Sandiaga Uno melihat Sandi lebih memungkinkan untuk dijual ketimbang Prabowo. Potensi efek elektoral Sandi lebih besar dibanding Prabowo. Istilahnya, tak dapat rotan, akar pun jadi.

Sedangkan penyebab kedua yang mungkin, lanjut Afriadi, Prabowo masih shock oleh deraan kasus Ratna Sarumpaet. Kasus ini pukulan telak bagi Prabowo. Baik Prabowo maupun publik bakal sulit melupakannya.

“Kasus ini memukul telak sisi kepemimpinan Prabowo. Membentuk kesan bahwa dia tipe pemimpin yang menelan mentah-mentah informasi yang dia sukai. Itu karakter kepemimpinan yang tak baik sama sekali, apalagi setingkat capres,” terang Afriadi.

Prabowo yang cerdas secara intelegensi (IQ) sangat menyadari efek dari kekeliruan fatalnya tersebut, kesalahan yang disebabkan oleh kelemahan emosionalitasnya (EQ).

“Karena dua alasan itulah Prabowo lebih memilih cooling down untuk sementara. Dia akan muncul lebih intensif ke depan publik ketika menemukan momen yang tepat dengan bentuk aksi simpatik yang tepat pula,” ucap Afriadi.


Berita Lainnya

Index
Galeri