Pemerintah China Larang Jurnalisnya Terima Penghargaan di AS

Pemerintah China Larang Jurnalisnya Terima Penghargaan di AS
Yang Jisheng (75), jurnalis senior yang pernah bekerja untuk kantor berita Xinhua dilarang terima pe
BEIJING - Pemerintah China melarang Yang Jisheng (75), seorang jurnalis senior yang pernah bekerja untuk kantor berita Xinhua, untuk menerima penghargaan di Amerika Serikat (AS).
 
Pensiunan jurnalis itu dipuji keberaniannya dalam melaporkan kesengsaraan warga China pada 1958-1961. Saat itu, 36 juta orang tewas akibat kelaparan yang disebabkan oleh rezim Partai Komunis negaranya sendiri.
 
Untuk menghargai perjuangannya sebagai pelopor hak asasi kemanusiaan melalui media massa, Universitas Harvard di AS bermaksud menganugerahinya dengan piagam penghargaan Louis M Lyons pada Desember tahun lalu. Namun, harapannya untuk menghadiri undangan malam penerimaan pialanya di Massachusetts bulan depan pupus sudah.
 
Semasa muda, Yang bergabung dengan Partai Komunis China. Namun semua ideologi yang diyakininya sirna, setelah ia ditugaskan meliput ke negara lain.
 
Ia menyadari, negaranya tidak seideal yang disesumbarkan Mao Zedong. Justru Mao adalah sumber kesengsaraan itu sendiri, katanya suatu kali.
 
Peristiwa pembantaian Tiananmen pada 1989, memicu jurnalis Xinhua yang pensiun pada 2001 itu mengumpulkan semua data mengenai tragedi kemanusiaan, yang selama ini ditutupi rapat-rapat oleh pemerintahnya.
 
Dalam laporan setebal 1200 halaman, yang dibukukan dengan judul Tombstone pada 2008, ia mengungkap sejarah kelaparan hebat yang melanda Negeri Tirai Bambu. Guna mengenang puluhan juta orang yang meninggal dalam peristiwa itu, termasuk yang menimpa mendiang ayahnya.
 
Tragedi itu digadang-gadang sebagai holocaust tersembunyi China.
 
“Saya hanya punya keinginan yang sangat kuat untuk menggali fakta-fakta. Saya telah dibohongi oleh pemerintah selama ini, dan saya tidak ingin dibohongi terus menerus,” tegasnya, dilansir Okezone dari The Guardian, Senin (15/2/2016).
 
Hasil investigasi Yang pertama kali dipublikasikan oleh penerbit Hong Kong pada 2008 dan distribusinya dilarang keras di daratan China. Sebelum ini, ia sudah pernah menerima penghargaan di Swedia berkat karya yang sama.
 
Namun, setelah dipimpin oleh Xi Jinping pada 2012, banyak aktivis, akademisi, jurnalis dan penulis, hidup tertekan. Terutama jika mereka berani-berani mengulas sisi negatif tubuh pemerintahannya. (max/okz)
 


Berita Lainnya

Index
Galeri