TEMBILAHAN - Keberadaan komoditas sagu di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) memiliki potensi untuk dikembangkan dan merupakan komoditas pangan alternatif, yang sangat penting dalam mendukung kedaulatan pangan dan energi alternatif.
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Inhil, H Eddywan Shasby terkait dengan digelarnya Focus Group Discussion (FGD) atau Forum Komunikasi Kabupaten Penghasil Sagu di Sekretariat Apkasi, Gedung Sahid Sudirman Center lantai 21, Jalan Jenderal Sudirman Kav 86 Jakarta Pusat, kemarin.
Dikatakannya, dari luasan perkebunan rakyat sekitar 596.283 Ha di Kabupaten Inhil, ada 9 komoditas yang menjadi sumber penghasilan petani setempat, salah satunya adalah sagu dengan luasan 17.996 Ha atau 2,38 persen.
Sagu Inhil dengan nama sagu Bestari (bersama sejahterakan rakyat Indragiri). Sebagai varietas unggul tanaman sagu, yang pelepasannya pada tahun 2017 lalu oleh Kementerian Tanangan Pangan RI, yang memiliki ciri dan karakter berbeda dari varietas sagu lainnya.
Tentang asal usul sagu bestari, lanjutnya, sudah berkembang sejak dulu di Negeri Seribu Parit dan merupakan tanaman hutan bukan budidaya sagu. Sedangkan keragaman tanaman sagu, terdiri dari sagu berduri dan sagu tidak berduri, serta memiliki warna pucukan anakan pucuk merah, hijau dan kuning.
Selanjutnya, dengan pelepasan sagu bestari ini, diharapkan dapat meningkatkan produksi dan mutu tanaman sagu varietas unggul, menyediakan benih unggul lokal sesuai standar, serta menjamin kemurnian benih secara genetik dengan melakukan panen terpisah dari setiap PIT yang telah ditetapkan.
Untuk mendukung harapan tersebut, program Disbun Inhil ke depan selaku pengusul berkewajiban membangun kebun benih sumber melalui penetapan rumpun induk sagu terpilih/RIS dan pembinaan produsen benih kepada 2 kelompok, melalui program pengembangan kebun tanaman sagu rakyat dan blok penghasil tinggi/bpt sagu, yakni di Desa Teluk Pantaian dan Desa Sungai Iliran Kecamatan Gaung Anak Serka (GAS), serta di Kecamatan Mandah.
Diskominfops Inhil/Adv
