Dibanjiri Puluhan Ribu Wisatawan

Bakar Tongkang Tak Sekadar Peruntungan Rezeki

Bakar Tongkang Tak Sekadar Peruntungan Rezeki
Wabup Jamiludin bersama pejabat negara dan Pemprov Riau serta para tokoh Tionghoa Bagansiapiapi naik
EVENT Budaya Bakar Tongkang di Kota Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir yang kini masuk nominasi Anugerah Pesona Indonesia kategori Festival Budaya Terpopuler dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar) dan telah ditetapkan Pemerintah Provinsi Riau sebagai kalender wisata tak hanya sekedar soal menanti keberuntungan rezeki tahun depan.
 
Warga Tionghoa dari berbagai marga di Indonesia dan mancanegera seolah mudik  demi menyaksikan event budaya yang telah mendunia ini. Tradisi yang menggambarkan napak tilas kedatangan puluhan marga Ang dari negeri Tiongkok ke Bagansiapiapi dengan menggunakantongkang ini sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam di 'Kota Ikan' ini.
 
Festival yang menelan dana miliaran ini digelar kembali  masyarakat Tionghoa Rohil, Selasa (21/6) untuk merayakan hari ulang tahun Dewa Ki Hu Ong Ya (Dewa Laut) Dewa dan Dewa Tai Sun yang dipercaya telah menyelamatkan kelompok Marga Ang itu sendiri dan tiba ditepi Sungai Rokan  Bagansiapiapi tahun 1820.
 
Pembakaran tongkang menandakan tekad mereka untuk tidak kembali ke tanah leluhur dan mengembangkan diri di Bagansiapiapi. Ritual ini telah diselenggarakan sejak tahun 1878 silam namun di masa orde baru sempat dilarang tetapi kemudian diaktifkan kembali di era Presuden Gus Dur.
 
Replika Kapal Tongkang diarak keliling Kota Bagansiapiapi menuju tempat pembakaran oleh puluhan ribu warga Tionghoa dan wisatawan pada perayaan Bakar Tongkang.
 
Ritual Bakar Tongkang, Selasa (21/6) sore ditandai dengan sembahyang kepada Dewa Ki Hu Ong Ya di Kelenteng Ing Hok Kiong pada, Senin (20/6) tepat pukul 00.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB. Tepat di Selasa sore, replika tongkang yang disemayamkan di kelenteng tertua di Bagansiapiapi itu kemudian diarak puluhan ribu masyarakat Tionghoa Bagansiapiapi menuju tempat pembakaran di Jalan Pernigaan Ujung.
 
Kemeriahan arak-arakan tongkang semakin bergemuruh  disertai puluhan ribu warga dan wisatawan domestik dan mancanegara yang memegang masing-masing tiga batang hio yang sudah dibakar. Tak hanya itu, berbagai ornamen dan aksesoris masing-masing kelenteng dan barogsai serta marching band perwakilan sekolah-sekolah ikut meramaikan event budaya Kota Bagansiapiapi ini.
 
Festival budaya warga  Tionghoa Bagansiapiapi yang  tak hanya menyedot perhatian  warga Indonesia saja ini selalu ditunggu-tunggu wisatawan mancanegera. Ritual pemujaan terhadap Dewa Laut ini pun tak menyurut puluhan ribu pengunjung meski panas terik  menyengat suasana.
 
Sebelum puncak acara, warga  Tionghoa dari berbagai wilayah yang datang untuk  sembahyang di Kelenteng In Hok King selain membawa hio-hio (dupa) raksasa juga menyembahkan sesajian berupa buah-buahan, daging babi, ikan atau ayam dan disusun di atas altar. Ini dilakukan malam hari sebelum prosesi pembakaran Tongkang.
 
Suara petasan sejak dimulainya Sembahyang buat Dewa Laut tak henti-hentinya memekakkan telinga sampai kapal diarak jelang dibakar.Tentu tidak hanya arak-arakan Tongkang saja membuat acara semakin meriah. Atraksi Barongsai dan dan berbagai tabuhan mengiringitongkang menuju tempat pembakaran disertai atraksi Tan Ki atau suhu yang membacok-bacokkan pedang dan parang serta memukul-mukulkan bola duri ke tubuh mereka.
 
Mulai dari Kelentang In Hok King hingga lokasi pembakaran tongkang, arus lalu lintas padat merayap dipenuhi luatan manusia. Malam sebelum tongkang dibakar, Panitia Bakar Tongkang menyajikan hiburan rakyat dengan menghadirkan artis-artis Mandarin dari Malaysia dan Taiwan. Kehiatan ini dihadiri Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman dan Bupati Rohil H Suyatno serta jajaran Forkompinda.
 
Puluhan ribu wisatawan domestik dan mancanegara menyaksikan kemeriahan event Bakar Tongkang di Bagansiapiapi.
 
Disore hari puncak kegiatan ini dihadiri Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei, sejumlah pejabat Kementerian Pariwisata, Kapolda Riau, Brigjen Pol Supriyanto, Danrem 031/Wirabima Brigjen TNI Nurendi, Danlanud Roesmin Nurjadin, Marsma TNI Henri Alfiandi, dan Ketua Pengadilan Tinggi Ria, I Puti Widnya SH MH. Selama diarak menuju lokasi pembakaran, utusan dari berbegai kelenteng bergantian mengangkat dengan suka cita.
 
Setiap rombongan membawa ahli gaib atau Tang Ki plus perlengkapan atraksi debus. Kepulan asap hio pun seakan tak terhiraukan lagi meski mata dibuatnya perih. Kemeriahan acara ini begitu kental. Selain itu, ternyata setiap warga juga membakar dupa di teras masing-masing.
 
Sebelum dibakar, terlebih dahulu harus menentukan posisi haluan tongkang sesuai petunjuk Dewa Ki Hu Ong Ya yang menurut filosofi mereka adalah petunjuk arah rezeki atau kebaikan untuk usaha dan keselamatan masyarakat Tionghoa Bagansiapiapi. Apabila tiang jatuh ke laut, maka mereka percaya jika rezeki berada di laut. Jika tiang jatuh ke darat maka rezeki dan peruntungan ada di darat, begitulah selajutnya apabila dua tiang layar yang ada di tongkang jatuh ke darat dan laut maka di situlah arah rezeki dan peruntungan tahun depan sesuai penanggalan Imlek.
 
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei, sejumlah pejabat Kementerian Pariwisata, Kapolda Riau, Brigjen Pol Supriyanto, Danrem 031/Wirabima Brigjen TNI Nurendi, Danlanud Roesmin Nurjadin, Marsma TNI Henri Alfiandi, dan Ketua Pengadilan Tinggi Ria, I Puti Widnya SH M yang telah hadir di lokasi pembakaran pun naik ke atas tongkang menyapa puluhan ribu warga.
 
"Event wisata bakar tongkang sudhlah masuk 10 besar pesona wisata nasional. Tinggal sekarang bagaimana masyarakat mengambil bagian dan peluang usaha setiap event ini gelar," sebut Bupati Rohil H Suyatno saat menyapa puluhan ribu pengunjung dan wisatawan domestik dan mancanegara saat detik-detik tongkang dibakar.
 
Atraksi Tan Ki
 
Tongkang yang telah diletakkan di atas tumpukkan kertas sembahyang yang siap dibakar. Para utusan puluhan kelenteng serta Tan Ki memanjatkan doa-doa kepada para dewa. Agenda yang juga sudah menjadi pesona Rohil ini semakin disesaki pengunjung. Di mana kebudayaan ini dipercaya sebagai sumpah penemu Kota Bagansiapiapi. Di sisi kiri tongkang yang siap dibakar, Tan Ki menjadi petunjuk puluhan ribu warga Tionghoa apakah tongkang sudah siap dibakar atau belum sesuai hasil komunikasi Tan Ki dengan Sang Dewa Ki Hu Ong Ya.
 
Para Tan Ki atau suhu dari masing-masing kelenteng di Bagansiapiapi menunjukkan kebolehannya diantara puluhan ribu wisatawan domestik dan mancanegara pada event Bakar Tongkang.
 
Tepat pukul,16.15 WIB sesuai petunjuk Tan Ki, tongkang lalu dibakar dan pengunjung bersorak sorai. "Bakar Tongkang kini tak hanya menjadi milik warga Tionghoa Bagansiapiapi saja, tetapi sudah merupakan event nasional dan internasional. Jadi event ini menjadi kebanggaan kita bersama," tutur Bupati H Suyatno.
 
Suyatno menambahkan, prosesi Bakar Tongkang yang menjadi kebanggaan warga Tionghoa Bagansiapiapi juga akan ditampilkan di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta, April 2017 mendatang. "Kementerian Pariwisata untuk kedua kalinya mengundang kita melakukan kegiatan serupa di TMII Jakarta, April 2017 mendatang. Ternyata pemerintah pusat rindu akan kemeriahan bakar tongkang setelah kita pernah tampil di TMII tahun 2007 silam," sebut Suyatno.
 
Suyatno menjelaskan, setiap event Bakar Tongkang digelar. Hotel-hotel dan penginapan selau penuh diboking wisatawan domestik dan mancanegara. "Pesta budaya Bakar Tongkang sangat menarik diikuti sebagai keararifan budaya lokal. Sehingga, setiap tahun sediktnya 40 puluh ribu wisatawan berkunjung ke Bagansiapiapi. Tak hanya hotel, malah rumah-rumah penduduk dijadian homestay. Mobil-mobil warga banyak dirental, travel kebanjiran penumpang, dan rumah makan tak hentinya melayani pembeli. Ini  menandakan geliat perekonomian kita terus membaik," papar Suyatno.
 
Malahan, sambung Suyatno, selama prosesi Bakar Tongkang digelar, peredaran mata uang di Bagansiapiapi meningkat tajam. "Dari hitungan kasar saja, jika 40 puluh ribu wisatawan menghabiskan uagnya satu orang Rp3 juta, maka ratusan miliar uang beredar di Bagansiapiapi," urai Bupati H Suyatno. *
 
Masuk 6 Agenda Wisata Riau, Bakar Tongkang Nominasi API Kemenpar
 
Ikut diluncurkan dalam enam festival unggulan wisata Riau oleh Gubernur, Arsyadjuliandi Rachman pada Calender of Event Riau 2016, di Balairung Soesilo Soedaman, Gedung Sapta Pesona, Jakarta, April lalu. Iven wisata budaya Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), Bakar Tongkang mendapat dukungan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Republik Indonesia.
 
Bahkan, iven budaya warga Tionghoa Bagansiapiapi ini masuk nominasi Anugrah Pesona Indonesia (API) 2016 kategori Festival Budaya Terpopuler Indonesia oleh Kemenpar. Di Provinsi Riau, Bakar Tongkang masuk kalender pariwisata unggulan bersamaan Pacu Jalur (Kuansing), Tour de Siak (Siak), Gema Muharram (rekor MURI), Bono (Pelalawan), dan Riau Marathon (Pekanbaru).
 
Replika Kapal Tongkang dibakar dalam mencari peruntungan rezeki yang sampai saat ini masih diyakini warga Tionghoa Bagansiapiapi.
 
Menyikapi hal ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rohil sangat mengapresiasi atas penghargaan dari Pemprov Riau dan Kemenpar. Apalagi, tahun 2017 mendatang, Kemenpar mengundang khusus warga Bagansiapiapi menggelar Bakar Tongkang di Taman Mini Indonedia Indah (TMII) Jakarta. 
 
"Tentunya, ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi Pemkab dan warga Rohil, khususnya seluruh marga Tionghoa. Iven budaya Bakar Tongkang memang selama ini sudah menjadi agenda wisata nasional dan internasional. Di mana, setiap Bakar Tongkang digelar, sedikitnya 40 ribu wisatawan domestik dan mancanegara turut meramaikannya," tutur Plt Sekertaris Daerah Kabupaten (Sekdakab) Rohil, Drs H Surya Arfan MSi, Minggu (19/6) di Bagansiapiapi.
 
Surya Arfan mengatakan, kebanggaan tersendiri Pemkab Rohil atas masuknya Bakar Tongkang pada kalender pariwisata Riau dan nominasi API 2016 kategori Festival Budaya Terpopuler Indonesia akan dijadikan wadah pembenahan seluruh obyek wisata di Negeri Seribu Kubah. 
 
"Kementerian Pariwisata dan Pemprov Riau telah memasukkan iven Bakar Tongkang pada agenda unggulan wisata di Indoensia. Sebagai salah satu iven wisata nasional, kita harus terus berbenah pada setiap lini untuk terus mengembangkan Bakar Tongkang. Dengan begitu, obyek-obyek wisata lainnya di Rohil bisa ikut terangkat," papar Surya Arfan.
 
Lebih jauh dijelaskan Surya Arfan, pada kondisi ini, Pemkab Rohil dan masyarakat akan terus berupaya mengambil peluang dalam menggerakkan ekonomi kratif. "Iven Bakar Tongkang dapat mendatangkan rezeki tersendiri buat warga tempatan. Misalnya, Usaha Kecil Menengah (UKM) dapat mengembangkan usaha-usahanya seperti, mengemas panganan khas Rohil diantaranya, kacal pukul, ikan asin, udang kering, dan lainnya, untuk dijadikan paket oleh-oleh untuk wisatawan domestik dan mancanegara," jelas Surya Arfan.
 
Tak hanya itu, sambung Plt Sekdakab Rohil ini, pemilik usaha kuliner saat iven Bakar Tongkang digelar juga kebanjiran pelanggan. "Bayangkan sedikitnya 40 ribu wisatawan domestik dari berbagai provinsi di Indonesia dan wisatawan mencanegara seperti, Malaysia, Singapura, Thailland, Taiwan, bahkan dari Amerika, Jerman tumpah di Bagansiapiapi. Ini kan menjadi peluang bagi pemilik usaha kuliner seperti rumah makan dan lainnya," urainya.
 
Ke depan, tegas Plt Sekdakab Rohil ini, pemerintah setempat fokus menggerakan sektor ekonomi kreatif lainnya dari obyek wisata unggulan lainnya yang ada di Rohil, seperti, Pulau Jemur, Pulau Tilan, Danau Laut Napangga, Danau Janda Gatal, Danau Bay Park, dan sejumlah situs-situs sejarah lainnya. 
 
"Bayangkan, kita memiliki beberapa cagar budaya di Rohil,  antara lain bekas pelabuhan yang usianya sudah ratusan tahun, gedung BRI lama, Gereja Katolik, Rumah Kapitan, dan lainnya. Jika ini bisa dikembagkan, maka tidak mustahil Rohil akan menjadi destinasi wisata yang bakal dikunjungi tidak hanya pada saat iven tertentu saja seperti Bakar Tongkang," jelas Surya Arfan.
 
Dengan begitu, ulas Surya Arfan, Rohil bakal mewujudkan mimpinya menjadi tempat tujuan wisata reguler yang dikunjungi turis lokal dan mancanegara setiap saat. "Jika hal ini bisa terwujud, maka usaha-usaha kreatif warga ikutan berkembang pesat. Dengan begitu, peluang masyarakat untuk ambil bagian pada sektor ekonomi dapat mengatasi angka pengangguran," tegas Plt Sekdakab Rohil. *
 
Telan Sekitar Rp500 Juta, Ratusan Hio Raksa Sambut Bakar Tongkang 
 
Iven Bakar Tongkang menjadi berkah tersendiri bagi pemilik usaha aksesoris sembahyang warga Tionghoa Bagansiapiapi. Betapa tidak, sejak beberapa hari belakangan ini warga tempatan, serta wisatawan domestik dan mancenegara menyumbangkan ratusan Hio Raksasa (Dupa) yang diperkirakan totalnya mencapai Rp500 juta.
 
Hio Raksasa beraneka warna itu tingginya mulai dari 3 sampai 5 meter. Soal harga, paling kecil dengan tinggi 3 meter sepasangnya dijual Rp850 ribu. Sedangkan Hio yang panjangnya mencapai 5 meter dengan bentuk yang unik dibandrol Rp5 juta sepasang. 
 
Hio-hio raksasa sumbangan wisatawan dan warga Tionghoa lainnya berjejer di sebelah kiri Kelenteng Ing Hok King, pusat Kota Bagansiapiapi sejak, Sabtu (18/6). Sementara, hio-hio itu mulai dibakar dan mengeluarkan aroma khas sejak, Minggu (19/6), jelang replika Kapal Tongkang dikeluarkan dari gudang pembuatannya untuk disemayamkan depan Kelenteng Ing Hok King sore harinya, juga tepat di sebelah kiri rumah ibadah agama Konghucu dan Buddha tertua tersebut.
 
Wisatawan domestik dan mancenegara menyumbangkan ratusan Hio Raksasa (Dupa) yang diperkirakan totalnya mencapai Rp500 juta.
 
Hio-hio raksasa itu didatangkan pedagang dari Jakarta hingga luar negeri. Saat meletakkan pesanan hio yang masih terbungkus rapi di tempat yang telah disediakan panitia, di Jalan Aman. Para pedagang terlihat sangat berhati-hati. Sebab, cacat sedikit saja akibat kesalahan pedagang, pemesan bisa komplain dan berujung pada kerugian tersendiri oleh pedagang.
 
Anto (28), warga Tionghoa Bagansiapiapi yang juga salah satu pedagang Hio Raksasa, Sabtu (18/6), hingga sore dirinya kebanjiran orderan. Omzet pun mencapai keuntungan yang sangat memuaskan. "Belum kita hitung berapa keuntungannya. Tetapi yang pasti lumayan besar. Karena modal kita sudah kembali dan tinggal menghitung keuntungan saja," sebutnya sambil tersenyum.
 
Anto mendatangkan Hio-hio Raksasa itu dari Jakarta dan negara tetangga Malaysia. "Hio yang panjang 3 meter paling murah Rp850 ribu, beda dengan yang warna kuning karena impor dari Malaysia, walau tingginya sama harganya Rp1,3 juta. Kalau yang sedang mulai dari Rp2,5 juta sampai Rp3,5 juta. Sedangkan yang paling besar sepasangnya mencapai Rp5 juta," ungkap Anto.
 
Anto mengatakan, Hio-hio Raksasa itu ia jual khusus saat Iven Bakar Tongkang saja. "Kalau tahun baru Imlek jarang yang beli. Paling saat kalau mereka memiliki nazar dan terkabul barulah pesan kepada kita saat Imlek. Nah, kalau Bakar Tongkang kan tahun sebelumnya baik warga Bagansiapiapi maupun wisatawan dari luar daerah dan mancanegara biasanya mereka bernazar, kalau murah rezekinya bakal menyumbangkan Hio Raksasa, makanya tahun ini mereka penuhi nazarnya sebagai bentuk ungkapan terima kasih kepada Dewa Ki Hu Ong Ya dan Tai Sun," jelas Anto. 
 
Senada disampaikan Tokoh Masyarakat Tionghoa Rohil, Ir Siswaja Muljadi, Hio-hio Raksasa itu semakin tinggi disumbangkan pemiliknya maka semakin baik pula rezekinya. "Sebelum melaksanakan sembahyang untuk Dewa Ki Hu Ong Ya dan Tai Sun di Kelenteng Ing Hong King pada Bakar Tongkang. Penyumbang hio-hio itu bertujuan supaya ke depan rezekinya juga semakin bagus dari sebelumnya yang memang sudah bagus atas nazarnya," tutur Siswaja saat mengunjungi Kelenteng Ing Hok King di Jalan Kelenteng, Bagansiapiapi.
 
Anggota DPRD Riau ini menambahkan, sembahyang di klenteng tersebut merupakan awal dari ritual Bakar Tongkang sebelum dibakar di tempat khusus di Jalan Peniagaan Ujung, Senin (20/6) sore besok. "Sebelum puncak ritual Bakar Tongkang, ratusan hio raksasa, dengan berbagai bentuk, warna dan ukuran itu dibakar lalu mengeluarkan aroma harum khas. Jumlah hio ini sepertinya lebih banyak dibanding tahun sebelumnya," sebut politisi Partai Gerindra ini.
 
Dengan hio berukuran jumbo dan jumlahnya mencapai ratusan buah itu. Sekitaran Kelenteng Ing Hok King, Minggu kemarin penuh sesak asap dan aroma dupa dari hio tersebut. Tak jarang, saat warga Tionghoa melakukan sembahyang di Kelenteng Ing Hok King termasuk warga menggunakan masker. 
 
Lebih jauh dijelaskan Siswaja Muljadi, hio menyimbolkan ketaatan beragama kepada Sang Dewa yang telah memberikan anugerah kepada warga Tionghoa. "Hio adalah sarana sembahyang bagi warga Tionghoa penganut agama Buddha, Konfusius, Taois dan Hindu. Jika asap Hio menyembul lurus ke atas menuju langit, maka mencerminkan bahwa doa seseorang langsung dikirim dan diterima oleh para dewa di langit," jelas Siswaja.
 
Siswaja menambahkan, pertama kali menyalakan Hio hanya boleh dimatikan dengan cara dikibas-kibaskan. "Biasanya Hio dinyalakan dengan api yang berasal dari lilin minyak yang ada di altar para dewa di kelenteng. Setelah bersoja tiga kali, hio ditancapkan pada tempatnya (hio lo, red) di atas altar dewa bersangkutan," paparnya. 
 
Selain dalam kelenteng, Hio juga digunakan untuk bersembahyang di tempat-tempat lain. "Bagi penganut Konfusianis, Taois dan Buddhis-Chinese, biasanya hio ditempatkan di samping pintu depan rumah. Ritual ini dilakukan sebagai wujud syukur dan permohohan berkat kepada Thian (Tuhan)," urai Aseng, panggilan akrab Siswaja Muljadi. 
 
Selain itu, Hio juga digunakan untuk bersembahyang mendoakan para leluhur. "Usai mendoakan leluhur, batang Hio ditancapkan di sebuah tempat yang dibuat khusus dan diletakkan di atas meja di mana terdapat abu para leluhur. Lubang kecil khusus tempat penancapan hio juga terdapat pada nisan dan makam kaum Tionghoa. Satu atau tiga batang hio untuk sembahyang pada Thian dan para dewa, serta dua batang Hio untuk sembahyang leluhur," ungkap Aseng.
 
Di samping itu, iven Bakar Tongkang sangat menarik untuk disaksikan besok. Apalagi, saat melihat ribuan orang mengiringi arak-arakan replika Kapal Tongkang seberat kurtang lebih 400 kilogram yang menghabiskan dana sekitar puliuhan juta dari Kelenteng Ing Hok King menuju lokasi pembakaran. "Di tempat pembakaran itulah kita gantungkan harapan dan doa masa depan. Arah tumbang tiang tongkang kami yakini sebagai acuan kegiatan usaha hingga satu tahun mendatang atas peruntungan," sebut Aseng mengisahkan.
 


Berita Lainnya

Index
Galeri