JAKARTA - Presiden Rodrigo Duterte sempat mengancam keluar dari Perserikatan Bangsa-Bangsa lantaran organisasi internasional tersebut mengkritik caranya memberantas narkoba yang menyebabkan ribuan orang tewas hanya dalam waktu kurang dari dua bulan.
Namun kini, Duterte mengatakan bahwa ancaman itu hanyalah sebuah lelucon. "Tidak bisakah kalian bercanda?" ujar Duterte kepada awak media ketika ditanya ihwal keseriusan pernyataan tersebut pada Selasa (23/8/2016).
Namun, Duterte tetap mengkritik Agnes Callamard, utusan khusus PBB yang menyusun laporan mengenai penanganan kasus narkoba Duterte. Dalam laporannya, Callamard menyebut Duterte melanggar hukum internasional.
Duterte pun menyebut Callamard sebagai orang yang "ambisius" dan "tidak punya otak." Dalam protesnya, Duterte mengklaim bahwa Callamard menuduh dirinya melakukan genosida. "Itu merupakan penemuan dari seorang perempuan yang ingin bunuh diri, " kata Duterte.
Namun menurut AFP, Callamard tidak pernah menyebut genosida dalam laporannya.
Sementara itu, metode Duterte dalam memberantas narkoba di negaranya terus dikritik berbagai pihak. Mereka menganggap Duterte melakukan penghukuman tanpa proses peradilan.
Hampir 2.000 orang terduga pengedar dan pengguna narkoba tewas sejak Duterte dilantik sebagai Presiden Filpina pada 30 Juni lalu.
Duterte mengklaim bahwa 756 orang yang dibunuh oleh polisi itu memang merupakan tersangka pengedar narkoba yang menolak ditahan. Sementara itu, lebih dari seribu orang lainnya tewas dalam perang antar-geng narkoba. (max/cnn)