Pekanbaru - Setiap tanggal 24 Oktober diperingati Hari Owa Sedunia. Tujuannya untuk mengajak masyarakat lebih peduli terhadap pelestarian owa, primata pepohonan yang dikenal dengan suara merdunya.
Sebagai penyanyi hutan yang setia pada pasangannya seumur hidup, owa kini menghadapi ancaman serius terhadap kelestariannya. Perburuan ilegal untuk dijadikan hewan peliharaan, ditambah dengan laju deforestasi yang tinggi, telah menyebabkan populasi owa menurun drastis.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, upaya gigih berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga konservasi, dan masyarakat, memberikan harapan baru dalam upaya menyelamatkan spesies ini dari kepunahan.
Site Manager PKR ARSARI, Ponco Prabowo, menyatakan bahwa pelestarian owa merupakan tanggung jawab kolektif yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
"Kita bisa mulai dengan hal sederhana, seperti tidak memperjualbelikan satwa dilindungi untuk dipelihara, dan mendukung upaya konservasi," kata Bowo panggilan akrabnya, Kamis (24/10/2024).
Bowo menjelaskan, saat ini ada 8 ekor owa yang sedang direhabilitasi di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) kerja sama Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau dengan Yayasan Arsari Djojohadikusumo.
"Setelah dinyatakan pulih dan mampu beradaptasi dengan lingkungan alam, satwa-satwa tersebut akan dikembalikan ke habitat aslinya," ujarnya.
Ia mengungkapkan bahwa 8 owa ini sebelumnya dipelihara oleh warga namun kemudian diserahkan ke Balai Besar KSDA Riau setelah menyadari bahwa owa merupakan satwa yang dilindungi.
"Mari kita bersama-sama berkontribusi dalam pelestarian owa agar kekayaan alam Indonesia tetap terjaga untuk generasi mendatang," pungkasnya.
Untuk diketahui, Owa salah satu jenis satwa dilindungi dan masuk dalam daftar The International Union for Conservation of Nature (IUCN) spesies terancam punah dengan status Endangered.