Diimingi Dua Tusuk, Tukang Sate Cabuli Siswi Kelas 1 SD di Toilet Masjid

Diimingi Dua Tusuk, Tukang Sate Cabuli Siswi Kelas 1 SD di Toilet Masjid
Ilustrasi.

KEDIRI - Seorang penjual sate mencabuli siswi kelas satu sekolah dasar di toilet masjid. Dengan iming-iming dua tusuk sate, Pelaku melecehkan korban, yang akan mengikuti pelajaran di sekolah.

Saiful Arifin, 26 tahun, seorang penjual sate ayam, memperdaya dan melecehkan secara seksual siswi kelas satu sekolah dasar di Kecamatan Tarokan, Kabupaten Kediri.

Korban dipaksa melakukan oral seks dengan kedua mata dibekap menggunakan kain lap. "Perbuatan pelaku ini sangat keterlaluan," kata Kapolresta Kediri Ajun Komisaris Besar Anthon Haryadi dalam gelar perkara di Mapolresta Kediri, Senin (14/8/2017).

Pria lajang ini dilaporkan orang tua V, 8 tahun, ke polisi. Menurut pengakuan korban, perbuatan Saiful terjadi pada Kamis 10 Agustus 2017 sekitar pukul 06.30 WIB saat berangkat sekolah bersama dua teman sebayanya.

Saat tiba di sekolah itulah Saiful yang berjualan sate ayam di depan sekolah korban memanggil V dan dua teman perempuannya. Ketiganya dijanjikan akan diberi masing-masing dua tusuk sate ayam jika bersedia melakukan apa yang diperintahkan Saiful. Merasa tertarik, ketiga bocah itupun menurut saat diajak menuju kamar mandi masjid yang tak jauh dari sekolahan.

Tiba di depan pintu kamar mandi, satu per satu korban diajak masuk untuk dicabuli. Namun dua teman V menolak dan lari karena ketakutan. Sedangkan V terbujuk dengan rayuan Saiful dan menurut diajak masuk ke dalam kamar mandi masjid. Usai melampiaskan nafsunya, dia memberi dua tusuk sate yang dijanjikan. Dan korban pun mengikuti pelajaran seperti biasa.

Peristiwa itu baru terungkap saat V bercerita kepada ibunya sore hari. Orang tua korban lalu melapor ke polisi, yang segera menangkap pelaku. "Malamnya saya habis nonton film porno di HP," kata Saiful kepada wartawan.

Hingga kini polisi masih mencari kemungkinan korban lain selain V. Meski mengaku baru sekali mencabuli anak, namun polisi menduga ada korban lain mengingat pekerjaan pelaku yang berjualan dari sekolah ke sekolah. (das/tempo.co)


Berita Lainnya

Index
Galeri