Teater Sendratasik UIR

Badai Sepanjang Malam, Pengabdian Seorang Guru

Badai Sepanjang Malam, Pengabdian Seorang Guru
Badai Sepanjanjang Malam, Anas Madani sebagai Jamil dan Nadya Sulistini sebagai Saenah, Istri Jamil.

PEKANBARU - "Mesti ada sesuatu yang hilang antara kau dengan masyarakatmu. Selama ini kau membanggakan dirimu sebagai seorang idealis. Idealis sejati malah. Apalah arti kata itu bila kau sendiri tidak bisa dan tidak mampu bergaul akrab dengan masyarakatmu."

Kutipan dialog di atas terasa menohok kala mahasiswa Sendratasik (Seni Drama Tari dan Musik) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau (FKIP UIR) mementaskan naskah drama "Badai Sepanjang Malam" karya Max Arifin tersebut.

Badai Sepanjang Malam menceritakan tentang seorang guru kota yang ingin mengabdi ke desa dengan semangat yang menyala-nyala. Kabar gembira itu disambut baik sang istri. Namun, di samping itu, sang istri juga meyakinkan kepada suaminya bahwa kehidupan di sana tidaklah mudah karena membutuhkan penyesuaian terhadap lingkungan baru.

Waktu berlalu, guru Jamil (Anas Madani) mulai lelah dan mulai bosan hidup di desa lantaran merasa bahwa dirinya terlalu dibutuhkan di desa itu. Bahkan ia merasa sulit berbaur dengan kehidupan dan budaya masyarakat di desa itu sehingga ia menyalahkan bahwa masyarakatlah yang tidak dapat memahami dirinya sehingga menyebabkan seorang guru ini ingin pindah dan mengajar lagi di kota.

Mengetahui itu, Saenah (Nadya Sulistini) sebagai sosok istri, ringkasnya kembali mengingatkan Jamil dengan keputusannya setahun yang lalu saat idealismenya begitu menyala-nyala untuk mengajar di desa.

Andre Josua Siregar, selaku sutradara "Badai Sepanjang Malam" mengatakan, karya Max Arifin merupakan karya kontekstual hingga hari ini. Sebab, guru adalah ujung tombak melahirkan generasi-generasi baru yang mencerdaskan kehidupan. 

"Lewat karya ini saya banyak belajar tentang cinta, kehidupan dan perjuangan sebagai seorang guru. Karya ini memberitahu saya bahwa menjadi guru itu bukanlah tentang sebuah pekerjaan, tapi menjadi sorang guru adalah sebuah pengabdian. Ada panggilan jiwa yang ikhlas di dalamnya untuk memberikan semua pengalaman hidup yang mungkin masyarakat belum mendapatkannya," kata Andre kepada RiauRealita.com Rabu (16/5/2018).

Pementasan Teater "Badai Sepanjang Malam" melibatkan pemusik Ilham Fikri, Irwan Fajar, Axel dan Irnadiansyah, juga nama-nama seperti Hilman, Angga, Chintya, Lestari, Gita, Nurhidayati, Noza Rahmad dll. berperan aktif dalam pementasan teater tersebut.


 
 
 

ergaul akrab dengan masyarakatmu."

Kutipan dialog di atas terasa menohok kala mahasiswa Sendratasik (Seni Drama Tari dan Musik) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau (FKIP UIR) mementaskan naskah drama "Badai Sepanjang Malam" karya Max Arifin tersebut.

Badai Sepanjang Malam menceritakan tentang seorang guru kota yang ingin mengabdi ke desa dengan semangat yang menyala-nyala. Kabar gembira itu disambut baik sang istri. Namun, di samping itu, sang istri juga meyakinkan kepada suaminya bahwa kehidupan di sana tidaklah mudah karena membutuhkan penyesuaian terhadap lingkungan baru.

Waktu berlalu, guru Jamil (Anas Madani) mulai lelah dan mulai bosan hidup di desa lantaran merasa bahwa dirinya terlalu dibutuhkan di desa itu. Bahkan ia merasa sulit berbaur dengan kehidupan dan budaya masyarakat di desa itu sehingga ia menyalahkan bahwa masyarakatlah yang tidak dapat memahami dirinya sehingga menyebabkan seorang guru ini ingin pindah dan mengajar lagi di kota.

Mengetahui itu, Saenah (Nadya Sulistini) sebagai sosok istri, ringkasnya kembali mengingatkan Jamil dengan keputusannya setahun yang lalu saat idealismenya begitu menyala-nyala untuk mengajar di desa.

Andre Josua Siregar, selaku sutradara "Badai Sepanjang Malam" mengatakan, karya Max Arifin merupakan karya kontekstual hingga hari ini. Sebab, guru adalah ujung tombak melahirkan generasi-generasi baru yang mencerdaskan kehidupan. 

"Lewat karya ini saya banyak belajar tentang cinta, kehidupan dan perjuangan sebagai seorang guru. Karya ini memberitahu saya bahwa menjadi guru itu bukanlah tentang sebuah pekerjaan, tapi menjadi sorang guru adalah sebuah pengabdian. Ada panggilan jiwa yang ikhlas di dalamnya untuk memberikan semua pengalaman hidup yang mungkin masyarakat belum mendapatkannya," kata Andre kepada RiauRealita.com Rabu (16/5/2018).

Pementasan Teater "Badai Sepanjang Malam" melibatkan pemusik Ilham Fikri, Irwan Fajar, Axel dan Irnadiansyah, juga nama-nama seperti Hilman, Angga, Chintya, Lestari, Gita, Nurhidayati, Noza Rahmad dll. berperan aktif dalam pementasan teater tersebut.


 
 
 


Berita Lainnya

Index
Galeri