Mudik, Silaturrahmi atau Euforia Belaka?

Mudik, Silaturrahmi atau Euforia Belaka?
Ustazah Nella Lucky, S.Fil.I., M.Hum. (Foto: Istimewa)

Oleh: Ustazah Nella Lucky S.Fil.I.,M.Hum.

Pada hari ini, semua jalanan terlihat macet. Akses jalan terkendala dengan banyaknya kendaraan. Membosankan memang, sangat menjenuhkan. Tetapi di balik kejenuhan itu tersimpan senyuman kebahagiaan yang amat dalam. Hampir tidak ada kemarahan, yang ada hanya pemakluman. "Wah... memang macet, kan pada mudik". Hampir pula tidak ada hati yang luka, karena semua hati sedang berbahagia.

Teringat dulu, semasa kita kecil, semua berbondong pergi ke kampung halaman membawa bekal pulang untuk Emak Bapak di kampung halaman. Emak Bapak pun menunggu tanpa sabar di jenjang rumah yang sudah reot bahkan rapuh. 

Pelukan mesra antara anak yang pulang dan Emak yang ditinggalkan seakan menggelagar cakrawala langit nan indah. Gelegar itu ketika dua insan yang berjauhan bertemu di satu titik yakni kampung halaman.

Namun kini, kehidupan telah berganti, pulang ke kampung halaman bukan lagi sekadar mencari Emak dan Bapak di tepi jenjang rumah yang reot itu, melainkan sekedar mencari ketenangan batin dengan satu kata yakni "liburan".

Apakah hakikat mudik yang tadinya ingin bertemu Emak dan Bapak berubah menjadi euforia liburan yang kental dengan nikmat duniawi?

Apakah telah hilang makna kerinduan akan kampung halaman dan berganti dengan kerinduan akan pemandangan indah di kampung halaman?

Mana lagi pelukan hangat itu? Mana lagi tangisan hari itu? Mana lagi gelegar langit nan indah itu?

Pulang ke kampung halaman dengan penuhnya tempat berlibur, hiruk pikuk tempat permainan menjadi salah satu ukuran kebahagiaan. Tetapi rumah-rumah kosong, Emak Bapak pun hanya bisa melihat tertawanya anak cucu karena bahagianya menikmati permainan liburan. 

Sahabat, heterogennya standar kebahagiaan manusia membuat manusia lupa mendudukkan skala prioritas atas sikap dan perbuatannya. Euforia mudik skala prioritasnya adalah bersilaturrahmi dengan karib kerabat, orang tua, nenek dan kakek kita dan bukan euforia belaka. 

Kengkawan, Islam tidak pernah melarang Umatnya untuk melakukan euforia atas ciptaannya. Islam sangat menghargai kebahagiaan apapun asal tidak melanggar syariat. Tetapi sahabat, jangan kita lupa bahwa standar ruh kebahagiaan kita adalah ketika kita melakukan yang benar menurutNya dan bukan benar menurut standar kita. 

Sahabatku terkasih, silahkan berbahagia, bermainlah, tetapi jangan lupa bahwa hakikat mudik adalah menyatukan banyak hati yang berjauhan menjadi bersatu dalam ikatan ruh kecintaaan.

Datangi mereka, katakan bahwa kita amat merindui mereka. Sehingga mudik bukanlah menjadi ajang euforia belaka melainkan sebagai ajang silaturrahmi tak terlupakan.

Wallahua'lam

---

Baca tulisan-tulisan Ustazah Nella Lucky lainnya, KLIK DI SINI

Tonton video-video tausyiah Ustazah Nella Lucky, KLIK DISINI


Berita Lainnya

Index
Galeri