Islam Itu Agama Manusia, Bukan Agama Langit, Ia Tegas Namun Fleksibel

Islam Itu Agama Manusia, Bukan Agama Langit, Ia Tegas Namun Fleksibel
Ustazah Nella Lucky, S.Fil.I., M.Hum. (Foto: Istimewa)
Oleh: Ustazah Nella Lucky S.Fil.I.,M.Hum.
 
AGAMA yang paling jelas ketegasan dan fleksibilitasnya adalah Islam. Kenapa? Karena pada satu sisi ia tegas, namun di sisi lain ia sangat fleksibel. Kekakuan dan fleksibilitas ini adalah hal yang paling menarik dalam Islam jika dikaji secara mendalam.
 
Kita ambil beberapa contoh:
 
Dalam Islam, salat itu wajib. Kewajiban ini kaku. Tidak bisa diganggu gugat. Hukumnya wajib. Bahkan dalil mengatakan bahwa jika seseorang tidak salat maka habis dan hanguslah amalnya selama empat puluh hari. Bayangkan sangsinya. Kita beramal, kita bershadaqah, infaq, berbaik dengan tetangga namun sekali kita tidak salat maka Islam menghukumi bahwa semua amal tersebut akan habis. Artinya hukum salat wajib kaku. Tidak ada alasan untuk tidak salat, baik ia pengantin yang akan disunting, ia tetap wajib salat dan melepaskan perkakas suntingan pernikahannya ketika hendak salat, baik ketika bekerja, ia harus melepaskan semua pekerjaanya jika ia akan salat.
 
Namun, pada satu sisi, Islam yang indah ini fleksibel. Dalam Islam dibolehkan menjamak dan menggabungkan salat dalam satu waktu jika berada dalam perjalanan. Dalam Islam jika tidak sanggup salat karena sakit maka ia bisa duduk, jika tidak bisa duduk, baring, jika tak bisa baring, gerakkan tangan, jika tidak bisa juga gerakkan mata, jika tidak bisa gerakkan nafas. Bahkan hingga seseorang terjebak macet misalnya di kota kota besar, ia terjebak macet berjam jam, tidak ada air, ia bisa tayammum. Lalu bagaimana dengan salatnya? Ia bisa sholat di kendaraannya tanpa memenuhi rukun seperti rukuk dan sujud. Subhanallah. Ini adalah bukti fleksibilitas dalam Islam.
 
Fleksibilitas dalam Islam juga terjadi pada banyak hal syariat. Wanita dianjurkan menutup aurat, aurat wanita seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Namun terbuat dari kain apa penutupnya itu fleksibel.
 
Islam juga mewajibkan puasa Ramadan, namun bagi yang tidak bisa berpuasa ia boleh mengqadha.
 
Fleksibilitas dalam Islam juga ditandai dengan ia memberikan dan membuka pintu maaf pada seluruh kaum Muslimin yang berbuat salah. Seluruh kaum Muslimin dimaafkan jika ia berbuat salah dan bertaubat. Pintu taubat dibuka luas pertanda bahwa Islam memiliki fleksibilitas. Tetapi ingat, dalam beberapa kesalahan Islam memiliki kekakuan yakni perbuatan syirik tidak ada ampunan atasnya.
 
Fleksibilitas ini juga terjadi dalam agama Islam yang sangat rasional. Dalam Islam seluruh kewajiban dilaksanakan. Akan tetapi jika dalam keadaan lupa, dan dalam keadaan tidak tahu atau tidak sadar Islampun memaafkan. Hal ini terbukit dengan "Diangkat pena (dimaafkan) orang tidur sampai dia bangun, orang tidak tahu sampai ia tahu, orang gila sampai ia waras". Artinya, agama Islam adalah agama rasional yang Allah turunkan untuk manusia, bukan untuk Tuhan dan makhluk langit.
 
Agama Islam juga agama yang masuk akal. Setiap manusia Allah berikan nafsu untuk mencintai lawan jenis, tetapi ia dilarang untuk berkhalwat. Lalu bagaimana caranya? Islam menghalalkan pernikahan untuk mengakomodir nafsu tersebut. Tentu ini berbeda dengan beberapa kepercayaan lain yang tidak mengizinkan beberapa golongan orang di antara mereka haram menikah. 
 
Ternyata benar, Islam adalah agama untuk manusia. Karena ia adalah agama manusia, maka ia untuk manusia, artinya ia adalaha agama yang mampu menjawab problematika manusia.
 
So, jika Islam tidak mampu menjawab problematika, maka bukanlah Islamnya yang salah melainkan kita yang belum jeli menyimak dan memperhatikan lautan makna Islam yang lebih dalam.
 
#Membumikan Islam#
 
Wallahua'lam
 


Berita Lainnya

Index
Galeri