Santri dan Guru Kompak Lawan Radikalisme, Hidupkan Nilai Sumpah Pemuda

Selasa, 28 Oktober 2025 | 15:15:00 WIB

PEKANBARU - Dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda, dua pondok pesantren yang pernah terafiliasi Pok Ex JI, yakni Ponpes Manbaul Qur’an dan MI Ashobirin, menggelar kegiatan bertema “Pemuda Pemudi Bergerak, Indonesia Bersatu.” Kegiatan ini menjadi momentum bagi para santri dan guru untuk meneguhkan semangat kebangsaan serta memperkuat komitmen menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Kegiatan upacara di dua pondok pesantren tersebut diinisiasi oleh Tim Cegah Satgaswil Riau Densus 88 AT Polri, yang sekaligus bertindak sebagai pembina upacara Sumpah Pemuda.

Melalui upacara dan sesi refleksi nilai-nilai perjuangan pemuda, para santri diajak meneladani semangat Sumpah Pemuda sebagai landasan moral dalam menghadapi tantangan zaman. Kegiatan ini juga menegaskan pentingnya peran santri dan guru dalam meningkatkan daya tangkal terhadap paham IRET intoleransi, radikalisme, ekstremisme, dan terorisme yang dapat mengancam persatuan bangsa.

Pimpinan Ponpes Manbaul Qur’an, Ustaz Firman Abdullah, menyampaikan bahwa semangat Sumpah Pemuda adalah nafas perjuangan bagi generasi muda, khususnya santri.

“Santri bukan hanya menuntut ilmu, tetapi juga memikul tanggung jawab menjaga keutuhan dan kedamaian bangsa. Sumpah Pemuda harus dihidupkan dalam setiap langkah dan karya santri,” ujarnya.

Sementara itu, Pimpinan MI Ashobirin, Ustaz Khoirun Suralaya, menekankan pentingnya peran guru dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan kepada generasi penerus.

“Guru dan santri harus menjadi teladan dalam berpikir moderat dan bertindak toleran. Melalui pendidikan berkarakter, kita bentuk generasi muda yang kuat, cerdas, dan cinta tanah air,” ungkapnya.

Kegiatan tersebut turut dihadiri perwakilan dari Kantor Urusan Agama (KUA) setempat, yang memberikan apresiasi kepada Densus 88 dan tim atas terselenggaranya kegiatan tersebut.

“Nilai-nilai Sumpah Pemuda sangat relevan bagi para santri di era sekarang. Mereka adalah benteng moral dan spiritual bangsa. Dengan memahami makna persatuan dan kebhinekaan, santri dapat menjadi agen perdamaian yang menolak segala bentuk intoleransi dan radikalisme,” ujar perwakilan KUA dalam testimoninya.

Acara ditutup dengan doa bersama serta pembacaan komitmen santri untuk terus menumbuhkan semangat kebangsaan dan memperkuat persaudaraan demi terwujudnya Indonesia yang bersatu, damai, dan berkemajuan.

Terkini