PEKANBARU - Berangkat dari keprihatinan terhadap masalah sampah plastik di Kota Pekanbaru, sekelompok warga di Kelurahan Agrowisata, Kecamatan Rumbai Barat, mengembangkan inovasi pengolahan sampah menjadi bahan bakar alternatif bernama Petasol.
Operator mesin pirolisis, Aldi, mengungkapkan bahwa ide tersebut lahir dari upaya bersama untuk mengurangi sampah plastik yang semakin mengkhawatirkan.

"Kami berpikir bagaimana cara mengurangi sampah plastik di Pekanbaru, hingga akhirnya tercetus ide untuk mengolahnya menjadi bahan bakar," ujar Aldi, Jumat (8/8/2025).
Mesin pirolisis yang digunakan didatangkan dari Banjarnegara, Jawa Tengah, melalui kerja sama kemitraan.

Mesin ini memiliki kapasitas 100 kilogram per hari, dan bekerja dalam tiga tahap: 30 kg tahap pertama, 30 kg tahap kedua, dan 40 kg tahap ketiga.
Bahan baku yang digunakan harus berupa sampah plastik kering seperti plastik biasa dan styrofoam. Plastik berlapis multilayer atau yang mengandung alumunium foil tidak dapat diolah.

“Dari 100 kilogram sampah plastik, bisa dihasilkan sekitar 80 hingga 85 liter bahan bakar. Sisanya berupa residu dan air,” jelas Aldi.
Bahan bakar yang dihasilkan, Petasol, dapat digunakan untuk mesin diesel seperti kendaraan pribadi hingga traktor pertanian. Hasil uji laboratorium dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi menunjukkan bahwa Petasol memiliki kualitas setara solar Pertamina, dengan angka cetane 54,2 dan kandungan sulfur 23,6.

Petasol dijual dengan harga Rp10.000 per liter. Menurut Aldi, harga tersebut jauh lebih terjangkau bagi petani, terutama saat musim tanam.

Dalam sebulan, unit pengolahan mampu memproduksi sekitar 1,2 ton Petasol, yang setara dengan pengolahan 2 ton sampah plastik.
