Hancur-hancuran di Paruh Awal Musim, Real Madrid Sukses Akhiri dengan Indah

Ahad, 29 Mei 2016 | 12:19:34 WIB
Real Madrid merebut gelar Liga Champions ke-11 sepanjang karier klub atau La Undecima. Los Blancos u
JAKARTA - Setelah berada dalam situasi hancur-hancuran di paruh awal musim, Real Madrid akhirnya mengakhiri musim 2015/2016 dengan indah. Los Blancos justru berhasil jadi juara Liga Champions musim ini.
 
Di awal musim, kedatangan Rafa Benitez sudah membuat sejumlah pihak mengernyitkan dahi. Pasalnya Benitez dianggap tak layak menggantikan Carlo Ancelotti yang sukses membangun suasana harmonis di ruang ganti Madrid.
 
Benar saja, keraguan sejumlah pihak tersebut sudah terjawab di paruh awal musim. Madrid bermain kurang meyakinkan dan suasana panas tercipta di ruang ganti lewat pertikaian Benitez dengan Ronaldo. 
 
Buruknya performa Madrid di Liga Spanyol kemudian membuat manajemen memutuskan untuk menghentikan kerjasama dengan Benitez. Benitez keluar, Zinedine Zidane langsung ditunjuk sebagai pelatih Madrid.
 
Banyak yang menganggap Zidane hanyalah pelatih sementara hingga musim ini berakhir. Zidane ibarat jembatan penghubung yang bertugas mengantarkan Madrid hingga musim baru akan datang.
 
Zidane pun menyadari benar tugasnya itu. Ia tak mau bermimpi terlalu tinggi karena ia sadar statusnya di Madrid belum tentu permanen dan bertahan lama.
 
Kehadiran Zidane inilah yang kemudian mengubah cerita kehidupan Madrid musim ini. Zidane memang minim pengalaman dan masih hijau dalam hal taktik. Namun Zidane punya karisma yang cukup kuat untuk ukuran pemain sepakbola.
 
Karisma itulah yang digunakan Zidane untuk membangkitkan Madrid dari keterpurukan. Pertikaian di ruang ganti semakin lama tak terdengar dan Madrid mulai kembali ke rute yang benar.
 
Zidane membawa Madrid berlari kencang tanpa target berlebihan. Trofi La Liga sudah jauh dari jangkauan dan trofi Liga Champions butuh perjuangan berat seiring masih banyaknya lawan-lawan kuat.
 
Namun ternyata Zidane sukses membawa Madrid berlari menyamai laju Barcelona dan Atletico Madrid. Bila saja Zidane datang lebih cepat atau pekan La Liga tersisa lebih banyak, bukan tak mungkin Madrid bisa menggusur Barcelona yang tengah limbung.
 
Kebangkitan di La Liga turut membuat Madrid semakin percaya diri saat tampil di Liga Champions. Bila di La Liga Madrid sudah menderita kerugian dengan selisih poin yang terlalu banyak saat Zidane datang, maka posisi Madrid sama halnya dengan tim lain di Liga Champions.
 
Satu per satu lawan kuat dilewati Madrid di fase knock out, mulai dari AS Roma, Wolfsburg, hingga Manchester City.
 
Di babak final, Madrid kembali berjumpa Atletico Madrid, rival sekota yang juga mereka taklukkan dua musim sebelumnya. Meskipun sempat tertekan di pengujung pertandingan, Zidane dan Madrid berhasil mengakhiri pertandingan dengan kemenangan di tangan.
 
Satu trofi Liga Champions di pengujung musim ini jelas membuat musim buruk Madrid berakhir indah. Musim yang pada awalnya ingin dilupakan oleh suporter Madrid kini berubah jadi salah satu musim yang pantas dikenang oleh mereka. (max/cnn)
 

Terkini