Ketika Harapan tak Jadi Kenyataan

Rabu, 20 April 2016 | 09:43:52 WIB
Ustazah Nella Lucky S.Fil.I.,M.Hum. (Foto: Istimewa)
Oleh: Ustazah Nella Lucky S.Fil.I.,M.Hum.
 
 
Kapan seseorang berada dalam kondisi tertekan?
 
Saat harapan tak sesuai kenyataan.
Saat keinginan tak sesuai dengan kemampuan.
Saat kebutuhan tak sesuai dengan pendapatan.
Saat pendapatan tak sesuai dengan keinginan.
Saat kamampuan tak sesuai dengan tujuan.
 
Saat itulah kesusahan dan derita terjadi.
 
Setiap orang merasakan hal yang sama. Hanya saja, kekuatan menanggung beban setiap orang berbeda.
 
Kita ambil contoh:
 
Anak yang terbiasa bermain di alam, bergelimang lumpur, bermain dan berbaur dengan tanah kotor, mandi di sungai yang tidak steril, memakai pakaian yang lusuh, kumuh, bermain dengan dan menyatu dengan binatang kotor di alam, tidak akan pernah merasa keberatan. Badan mereka tidak gatal, fisik mereka baik-baik saja, gelak tawa mereka masih terdengar lantang, suara-suara mereka masih saja terdengar jelas.
 
Tetapi bagaimana dengan seorang anak yang terbiasa hidup di kota bersih, antibakteri dan penuh dengan perawatan, setiap makan seluruh piring dan sendok diupayakan steril, ketika anak ini dimandikan hujan, ia langsung flu, ketika bermain di lumpur, badan terasa gatal, ketika bermain di tanah, orangtuanya akan berkata, "nanti ada cacing dan sakit, sayang," ketika ia mencicipi sedikit debu, ibunya berkata, "nak, nanti sakit!" Hati hati... Hati hati...
 
Apakah anak pertama dan kedua berbeda? Tidak. Mereka sama-sama manusia yang memiliki fisik sama. Lalu kenapa ada anak yang bisa bergelimang dengan tanah, air hujan, sungai kotor, bahkan mandi di air kotor tanpa ada masalah besar, lalu kenapa ada anak yang hanya terkena sedikit bakteri saja mengalami gatal, alergi dan lain-lain?
 
Apa yang salah?
 
Yang membedakan mereka adalah alam hidup mereka.
 
Begitu juga dengan kita, akan ada orang orang yang alam hidupnya penuh dengan kesenangan, kebahagiaan, rekan sejawat yang banyak,  ia bahagia dengan apa yang ia miliki. Namun ketika orang seperti ini berada dalam alam kehidupan lain seperti kesusahan, derita, saat harapan tak sesuai kenyataan maka ia akan bimbang. Karena derita dan susah bukanlah alam miliknya.
 
Sebaliknya, ada orang yang hidup dalam derita, hidupnya serba pas-pasan, tidak terlalu banyak orang yang mencintainya, namun ia tetap mampu menjadi manusia bijaksana dan menganggap bahwa susah ini adalah alamku dan aku akan menyikapinya. Orang seperti ini akan bahagia jika mendapat nikmat, dan tahan jika diberi derita.
 
Akan ada orang orang yang dipilih oleh Allah untuk hidup dalam derita untuk memberikan surprise kekokohan hati pada mereka sampai mereka menginjak kepada kesenangan. Orang seperti ini akan Allah dewasakan terlebih dahulu sebelum Allah berikan nikmat. Allah berikan kesusahan, derita berkepanjangan sebelum Allah berikan nikmat.
 
Namun akan ada orang yang Allah bahagiakan di awal. Allah berikan seluruh nikmat kesenangan, lalu pada masanya, Allah cabut kesenangan itu. Bagi yang tidak kuat, maka akan berada dalam derita berkepanjangan. Terkadang kita berfikir, inilah cara Allah mengingatkan kita.
 
Dan akan ada orang orang yang Allah hidupkan dengan hukum ketenangan. Alamnya adalah alam ketenangan, susah tidak, senangpun tidak. Orang ini akan susah untuk maju namun jauh dari kemunduran. Ia akan hidup begitu dan begini saja. Karena memang alamnya demikian.
 
Alam itu yang akan membentuk kita. Orang yang berada dalam alam kesenangan sudah pasti rapuh dalam kesusahan. Orang yang berada dalam alam kesusahan, sudah pasti tabah dalam kesusahan, karena itu memang alamnya. Dan jika ia mendapat kesenangan, ia akan lebih berbahagia karena ia tahu Allah memberikan cicipan kebahagian padanya. Dan ada orang yang hidup dalam alam ketenangan. Maju tidak, mundur tidak. Dan itulah alamnya.
 
Konklusinya, bukan perkara di mana alam kita hidup, tetapi bagaimana menyikapi alam nasib kita yang terkadang tidak sesuai dengan keinginan kita.
 
Yang terbiasa hidup dalam kebahagiaan, sesekali perlu diberi derita agar ia merasa bahwa di sana ada alam lain yang lebih dahsyat dan lebih membutuhkan perjuangan dan pengorbanan untuk kembali ke alamnya.
 
Yang terbiasa hidup dalam derita, sesekali perlu diberi kesenangan agar ia tahu bahwa berpindah ke alam lain bagian dari nikmat.
 
Yang hidup dalam alam flat ketenangan perlu sesekali diberi cobaan agar ia tahu bahwa zona ketenangan itu tidak lebih nikmat dibanding zona indah di depan sana.
 
Sesekali...
Ada baiknya harapan tidak sesuai kenyataan...
Sesekali saja...
 
Wallahua'lam.
 

Terkini