Belajar Membangun dan Mengelola Startup dari Kegagalan Pahit CEO Uber

Belajar Membangun dan Mengelola Startup dari Kegagalan Pahit CEO Uber
Ilustrasi.

JAKARTA - Pengunduran diri CEO sekaligus pendiri Uber Travis Kalanick memberikan banyak pelajaran soal faktor penting kepemimpinan dalam perusahaan. 

Kalanick didesak mundur oleh Dewan Direksi dan investor Uber karena banyak skandal dan pemberitaan buruk terkait dirinya. Kalanick pun resmi menanggalkan jabatannya sebagai CEO Uber pekan lalu.

Mantan Investor Uber Freada Kapor Klein turut menyayangkan hal ini. Dilansir dari Techcrunch, berikut adalah tips untuk membangun dan mengelola startup yang baik, berkaca dari kesalahan Kalanick. 

Menjadi Bos yang Menyenangkan

Bos yang menyenangkan akan membawa atmosfer kerja yang menyenangkan pula. Bos yang baik harus mampu memposisikan diri sebagai karyawan agar tidak ada jurang pemisah terlampau jauh. 

Kalanick disebut0sebut tidak berkepribadian baik. Ia pernah berkonflik dengan pengemudi Uber yang ia tumpangi. Sopir yang mengenali Kalanick sebagai CEO Uber lantas memprotes tarif Uber bagi mitra pengemudi. Alih-alih mendengar masukan, Kalanick justru menghardiknya.

Seperti diberitakan, karyawan Uber mengaku sering mendengar Kalanick melontarkan candaan bernada seksisme.

Pemimpin juga harus konsisten dalam mengedepankan visi dan misi perusahaan. Hal ini tidak dilakukan Kalanick ketika bergabung dengan Dewan Penasihat Presiden AS Donald Trump. Keputusan itu dihujat karena Uber dianggap mendukung kebijakan Trump yang diskriminatif terhadap kaum minoritas AS.

Budaya Kerja yang Baik

Budaya kerja adalah kebiasaan orang-orang di sebuah perusahaan, termasuk cara berinteraksi dan beraktivitas, serta sistem hierarki. Budaya ini ditentukan dari kebijakan perusahaan yang berlaku. 

Kalanick tidak memberikan budaya kerja yang baik selama di Uber. 

Contohnya, ia menerapkan budaya seksisme dengan mendiskriminasi gender lain dalam bekerja. Kasus pelecehan seksual seorang karyawati Uber yang menjeratnya pun menciptakan ketakutan tersendiri pada karyawan wanita.

Itu sebabnya, penting untuk mendorong nilai internal positif. Tidak mengintimidasi dan mendiskriminasi kepada anggota tim akan membuat Anda dihargai. Karyawan pun akan dengan loyal membantu Anda untuk mencapai tujuan bersama. 

Tak Hanya Mementingkan Gol Bisnis

Sejak lama Kapor telah mengemukakan kritik tentang budaya kerja Uber. Ia menyatakan, semua perusahaan harus menanamkan nilai-nilai postif dan membudayakan kerja yang menyenangkan sejak masa-masa awal perusahaan dibangun.

Kapor menegaskan, budaya kerja yang baik harus ditanamkan kepada karyawan karena hal ini sama pentingnya dengan rencana bisnis.

"Perusahaan terlalu fokus mengedepankan gol bisnis mereka. Mereka mengacu pada gol tersebut untuk mengecek kemajuan kerja karyawan. Padahal, mereka juga harus menciptakan atmosfer kerja untuk mendukung karyawan tetap produktif."

Kapor pun memberikan pesan terakhir kepada setiap pendiri perusahaan rintisan. "Startup bukan semata-mata soal dukungan finansial, melainkan bersikap baik dan benar kepada karyawan Anda. Dengan begitu, kesuksesan finansial akan Anda raih." (fan/cnn)


Berita Lainnya

Index
Galeri