Cerpen Endang Indri Astuti

Botol Kenangan

Botol Kenangan
Ilustrasi. (Rachael/Deviantart.com)
*Cerpen untuk Seto Permada, sahabat yang paling setia
 
SELAIN Sukab ada lelaki lain yang setia di dunia ini. Aku berani bersumpah bahwa lelaki itu adalah suamiku. Dia memang tak pandai menggombal, tak pandai memotong senja seperti yang dilakukan Sukab untuk Alina. Tapi dia adalah lelaki yang paling setia.
 
Jika Sukab tak pernah mau mengganti sepatunya, maka suamiku tak pernah mau meninggalkan botol kenangan miliknya. Botol Kenangan. Aku menyebutnya seperti itu. Botol itu sudah dua tahun menemani suamiku tidur bersama. Terkadang aku bingung, aku istrinya, tak pernah dipeluk seperti botol kenangan itu. Namun, Mario, sumiku, memperlakukannya seolah dia kekasihnya.
 
Aku curiga, jangan-jangan botol itu adalah jelmaan dari bidadari cantik yang sedang malih rupa* menjadi botol untuk menemani suamiku. Atau, jelmaan dari makhluk gaib lainnya yang digunakan suamiku sebagai jimat penambah kekayaan. Tapi jika benar itu jimat, kenapa hidup kami jauh dari kata kaya, bahkan terkesan sangat sederhana.
 
Suamiku bekerja sebagai serabutan di pasar. Dia berangkat pagi dan pulang setelah mentari menghilang di ujung barat. Rumah kami sederhana. Kecil. Tidak seperti rumah-rumah  dalam sinetron, yang menampilkan ukiran-ukiran indah di pintunya. Tidak seperti itu. Dinding rumah kami terbuat dari anyaman bambu yang sudah mulai reot  jika tertiup angin. Lantainya masih terbuat dari tanah, tak ada keramik maupun porselen.
 
Bruno, nama desa kami. Terletak 100 kilometer dari pusat kota. Tak ada mall, tak ada pusat perbelanjaan. Jika kau ingin ke kota, hanya ada satu jalur yang bisa kau tempuh untuk menuju ke sana. Kau harus menaiki angkot yang datang hanya dua jam sekali. Terkadang kau harus menunggu untuk waktu yang lebih lama.
 
Sejak aku menikah dengan Mario, belum sekali pun dia mengajakku ke kota. Beberapa kali dia ke kota, namun dia menolak untuk mengajakku. Akhir-akhir ini Mario selalu pulang malam. Ketika kutanya alasannya, dia selalu menjawab dengan kata-kata kasar. Beberapa kali dia bahkan memukulku untuk tidak ikut campur dengan urusannya.
 
***


Berita Lainnya

Index
Galeri