Filipina akan Susul Rusia Keluar dari ICC

Filipina akan Susul Rusia Keluar dari ICC
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte.
MANILA - Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan dia akan mengikuti langkah Rusia untuk menarik diri dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC). Duterte kesal atas kritik negara-negara Barat atas kebijakannya memerangi kejahatan narkoba yang menewaskan ribuan orang dalam kurun waktu tiga bulan.
 
Menurut Duterte, ICC tak ada gunanya dan ia frustrasi atas tudingan Barat tentang pembunuhan tanpa proses hukum. Ini juga sebagai ekspresi kegagalan Barat untuk memahami alasan dirinya memerangi narkoba.
 
"Mereka tak ada gunanya, Pengadilan Kriminal Internasional. Mereka (Rusia) menarik diri. Saya mau ikut. Mengapa? Hanya yang kecil seperti kita dipukuli," kata Duterte sebelum berangkat ke Lima, Peru, untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Pasifik, mengutip dari Channel News Asia, Jumat (18/11/2016).
 
Rusia memutuskan batal bergabung dengan ICC meski telah menandatangani Statuta Roma, payung hukum pendirian ICC tahun 2000.  
 
 
Adapun Filipina sudah meratifikasi Statuta Roma dan menjadi negara ke-117 yang bergabung dengan Statuta Roma. Filipina merupakan satu-satunya negara di ASEAN yang sudah meratifikasi payung hukum pendirian ICC. 
 
ICC dibentuk oleh Statuta Roma pada 1998 dan bermarkas di Den Haag, Belanda. ICC merupakan pengadilan internasional pertama yang bersifat permanen untuk mengadili individu yang terlibat dalam empat jenis kejahatan internasional, yakni genosida, kejahatan kemanusiaan, kejahatan perang, dan kejahatan agresi.
 
Sebulan lalu, penuntut ICC mengatakan ICC berwenang menuntut pelaku pembunuhan dalam memerangi kejahatan narkoba di Filipina. Sekitar 2.400 orang tewas saat operasi memberangus narkoba yang diberlakukan Duterte. (max/tmp)
 

 


Berita Lainnya

Index
Galeri